Pengaruh Antara Spesies Lebah-Sumber Pakan Lembah Terhadap Warna dan Kadar Total Fenol dari Berbagai Jenis M
MADU merupakan cairan yang dihasilkan dari nektar tanaman oleh lebah madu. Madu memiliki karakteristik fisik berwarna kuning hingga hitam, bertekstur kental hingga cair, memiliki rasa manis hingga pahit. Selain itu adapula karakteristik kimiawi madu yaitu madu mengandung komposisi mayor yang terdiri dari minimal 60% karbohidrat mencakup sekitar 200 gula kompleks seperti fruktosa 38,19%, glukosa 31,29%, sukrosa 1,31%, gula lainnya 8,8%. Komposisi minor pada madu meliputi protein, vitamin, mineral, air, asam organik seperti asam laktat, asam sitrat, asam suksinat, asam oksalat, dan lainnya. Kandungan fitokimia pada madu berupa flavonoid, alkoloid, fenol. Fenol memiliki rumus molekul C6H5OH dengan gugus hidroksil pada cincin aromatiknya. Fenol tergolong dalam senyawa metabolit sekunder yang merupakan senyawa organik yang memiliki karakteristik berbentuk molekul kecil bersifat spesifik dan memiliki fungsi fisiologis pada tubuh seperti sebagai antikanker, antioksidan, dan antibakteri. Metabolit sekunder dihasilkan melalui reaksi-reaksi sekunder dari metabolit primer, diantaranya karbohidrat, lemak, protein. Di Indonesia madu bervariasi, baik dari karakteristik fisik maupun karakteristik kimiawinya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh spesies lebah penghasil madu dan sumber pakan yang dikonsumsi oleh lebah. Jenis madu yang sering ditemui di Indonesia diantaranya adalah spesies lebah Apis sp (lebah sengat) dengan keunggulan jumlah produksi madu tinggi, dan lebah spesies Trigona sp yang merupakan lebah tanpa sengat dengan keunggulan rasa madu khas karena lebih asam, kandungan gizi tinggi sehingga dapat memberikan efek lebih baik pada tubuh. Sumber pakan yang dikonsumsi oleh lebah umumnya adalah nektar, polen maupun resin. Nektar merupakan cairan manis yang dihasilkan oleh kelenjar nektaris bunga suatu tanaman yang sebagian besar mengandung air, karbohidrat, serta dilengkapi pula oleh protein, lipid, asam askorbat, fenol, alkaloid, antioksidan yang dapat berguna bagi lebah sebagai bahan baku pembuatan madu. Polen merupakan alat kelamin jantan pada tanaman berbunga yang mengandung sebagian besar protein dan dilengkapi oleh vitamin, mineral dalam bentuk serbuk. Polen diambil oleh lebah pekerja mengggunakan mulut dan akan disimpan pada keranjang polen yang berada di kaki belakang bagian korkibula. Resin merupakan getah dari suatu tanaman. Tanaman yang umumnya dikonsumsi lebah diantaranya adalah tanaman buah, tanaman sayur, tanaman hutan, dan tanaman lainnya. Dalam pengkonsumsiannya waktu lebah dalam mencari sumber pakan ialah saat pagi hingga sore dalam keadaan curah hujan rendah dengan suhu sekitar 18-35oC. Berdasarkan sumber pakannya lebah dapat digolongkan menjadi lebah monoflora dan lebah multiflora. Lebah monoflora merupakan lebah yang mengkonsumsi nektar dari satu jenis tumbuhan saja dalam menghasilkan madu, sedangkan lebah multiflora merupakan lebah yang mengkonsumsi nektar dari berbagai jenis tumbuhan dalam menghasilkan madu. Faktor yang menjadi daya tarik lebah menghinggapi suatu bunga ialah warna, bentuk, serta aroma bunga. Lebah lebih menyukai bunga yang memiliki warna cerah, berbentuk terbuka, serta beraroma khas. Beberapa contoh tanaman yang sering dijadikan sumber pakan lebah adalah akasia (Acacia mangium), Tanaman Jati (Tectona grandis), Bunga Xantos Temon (Xanthostemon), Tanaman Pisang (Mussa L), Tanaman Alpukat (Persea americana Mill), dan masih banyak lagi. Beragamnya spesies lebah dan sumber pakan yang dikonsumsi menyebabkan warna dan kadar total fenol suatu madu berbed-beda. Namun diantara sifat fisik madu berupa warna dan sifat kimiawi madu berupa fenol terdapat suatu korelasi yaitu semakin gelap warna madu maka kadar total fenol yang terkandung semakin tinggi. Warna dan kadar fenol pada madu dapat pula dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan madu. Semakin lama madu disimpan maka warna dan kadar total fenol madu meningkat, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh seiring lama penyimpanan gula pereduksi pada madu akan meningkat, secara bersamaan enzim diastase akan menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Tingginya glukosa dapat menyebabkan reaksi maillard atau reaksi pencoklatan yang disebabkan oleh kondensasi gula pereduksi dengan gugus asam amino maupun protein. Selain itu peningkatan kadar total fenol akibat lama penyimpanan dapat disebabkan oleh degradasi struktur supramolekul yang mengandung gugus fenolik, degradasi senyawa kompleks menjadi fenol sederhana, lepasnya senyawa fenol dari dinding sel bahan, polimerisasi senyawa lain menjadi senyawa fenolik. Menurut penelitian yang dihasilkan madu apis cerana memiliki kadar total fenol tertinggi dengan warna madu yang tergolong gelap, sedangkan geniotrigona thorasica memiliki kadar total fenol terendah dengan warna madu paling muda. (*) Sumber : Agussalim, A., Agus, A., Umami, N., & Budisatria, I. G. S. (2017). Variation of Honeybees Forages As Source of Nectar and Pollen Based on Altitude in Yogyakarta. Buletin Peternakan, 41(4), 448. https://doi.org/10.21059/buletinpeternak.v41i4.13593 Diniyah, N., & Lee, S.-H. (2020). Komposisi Senyawa Fenol Dan Potensi Antioksidan Dari Kacang-Kacangan: Review. Jurnal Agroteknologi, 14(01), 91. https://doi.org/10.19184/j-agt.v14i01.17965 Ergina, Nuryanti, S., & Pursitasari, I. D. (2014). Uji Kualitatif Senyawa Metabolit Sekunder pada Daun Palado yang Diekstrasi dengan Pelarut Air dan Etanol. Jurnal Akademika Kimia, 3(3), 165–172. Evahelda, E., Pratama, F., & Santoso, B. (2018). Sifat Fisik dan Kimia Madu dari Nektar Pohon Karet di Kabupaten Bangka Tengah, Indonesia. Agritech, 37(4), 363. https://doi.org/10.22146/agritech.16424 Mahardani, O. T., & Yuanita, L. (2021). Efek metode pengolahan dan penyimpanan terhadap kadar senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan. UNESA Journal of Chemistry, 10(1), 64–78. Pratama, A. N., & Busman, H. (2020). Potensi Antioksidan Kedelai (Glycine Max L) Terhadap Penangkapan Radikal Bebas. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 497–504. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.333 Putra, H. S., Astuti, W., & Kartika, R. (2018). Aktivitas Amilase, Protase dan Lipase Dari Madu Lebah Trigona sp, Apis, Apis mellifera dan Apis dorsata. Jurnal Kimia Mulawarman, 16(1), 27–31. Ratnayani, K., Mayun Laksmiwati, A., & Indah Septian P., N. (2012). Kadar Total Senyawa Fenolat Pada Madu Randu Dan Madu Kelengkeng Serta Uji Aktivitas Antiradikal Bebas Dengan Metode Dpph (Difenilpikril Hidrazil). Jurnal Kimia, 6(2), 163–168. https://doi.org/10.24843/JCHEM Rosyidi, D., Eka Radiati, L., Minarti, S., Mustakim, M., Susilo, A., Jaya, F., & Azis, A. (2018). Perbandingan Sifat Antioksidan Propolis pada Dua Jenis Lebah (Apis mellifera dan Trigona sp.) di Mojokerto dan Batu, Jawa Timur, Indonesia. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Hasil Ternak, 13(2), 108–117. https://doi.org/10.21776/ub.jitek.2018.013.02.5 Rumbio, D., & Kampar, K. (2016). POTENSI PAKAN Trigona spp. DI HUTAN LARANGAN ADAT DESA RUMBIO KABUPATEN KAMPAR. 3(2), 1–7. * Penulis : Annisa Putri Berliana, Mahasiswi Prodi Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: