Kemasan Pintar untuk Menjaga Mutu Produk Pangan
SEBAGIANÂ besar konsumen tidak memiliki kesadaran tinggi terhadap mutu produk pangan yang akan dikonsumsi. Di lain sisi, terdapat beberapa bahan dan produk pangan yang mudah rusak dalam waktu yang singkat kemudian mengalami penurunan kualitas. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pangan ialah pertumbuhan dan aktivitas mikroba, aktivitas enzim dalam bahan pangan, dan juga faktor eksternal seperti serangga. Kerusakan produk pangan dapat mengakibatkan kerugian secara ekonomi dan yang terpenting menyebabkan masalah kesehatan jika produk pangan sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk melindungi produk pangan dari kontaminasi dibutuhkan pengemasan pangan. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), syarat keamanan kemasan pangan adalah tidak bersifat toksikdan beresidu terhadap pangan, harus mampu menjaga bentuk, rasa, kehigienisan, dan gizi bahan pangan, senyawa bahan toksik kemasan tidak boleh bermigrasi ke dalam bahan pangan terkemas, dan bentuk, ukuran dan jenis kemasan memberikan efektifitas. Hal ini harus sangat diperhatikan oleh produsen dalam mengemas produk pangan yang akan didistribusikan. Terdapat inovasi pengemasan pangan yang dapat meningkatkan kesadaran konsumen terhadap mutu produk pangan, yaitu smart packaging atau kemasan pintar. Smart packaging terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu active packaging dan intelligent packaging. Active packaging adalah kemasan yang dirancang untuk dapat memperpanjang umur simpan atau untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi produk pangan dalam kemasan. Konsep pada teknologi ini adalah dengan menambahkan komponen tertentu ke dalam sistem kemasan yang dapat melepaskan atau menyerap zat-zat tertentu dari atau ke dalam pangan yang dikemas atau lingkungan disekitarnya. Sedangkan, intelligent packaging memiliki fungsi sebagai indikator yang berinteraksi dengan produk pangan di dalam kemasan. Intelligent packaging terbagi ke beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Salah satu contoh fungsi intelligent packaging yaitu sebagai indikator kesegaran. Indikator kesegaran memberikan indikasi jika terjadi penurunan atau hilangnya kesegaran produk pangan dalam kemasan. Indikator akan berubah warna saat pH menurun yang menunjukan produk pangan sudah bersifat asam sehingga kualitas produk pangan menurun. Smart packaging masih belum tersebar secara komersil di Indonesia karena belum terdapat regulasi yang mengatur tentang hal tersebut. Tetapi, smart packaging sangat berpotensi untuk menjadi salah satu solusi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap mutu produk pangan yang akan dikonsumsi. (*) * Penulis : Happy Easter Paskalia, Mahasiswi Prodi Teknologi Pangan, Universitas Padjadjaran (Unpad)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: