Membangkitkan Kembali Nasionalisme Kita di Abad 21

Membangkitkan Kembali Nasionalisme Kita di Abad 21

Oleh: Feri Rizwan Penulis adalah pengajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BANYAK yang bilang, nasionalisme sebagai sebuah ide yang mengedepankan kebangsaan sudah kadaluarsa. Pasalnya, menurut mereka, bangsa sebagai sebuah pengelompokan manusia dan teritorinya sudah usang di hadapan dunia yang terglobalisasi. Sekarang kapitalisme menghendaki sebuah pasar global yang tidak terpagari oleh negara-bangsa. Yang menarik, para pendiri bangsa kita—terutama Soekarno—sudah menyadari bahwa kelahiran nation tidak terlepas dari kepentingan kapitalisme untuk mengkonsolidasikan diri dan memulai ekspansinya ke berbagai belahan dunia. Karena itu, sebagaimana ditegaskan Bung Karno, nasionalisme Indonesia bukanlah proyek yang berhenti manakala kita sudah punya negara dan pemerintahan nasional. Sebaliknya, nasionalisme Indonesia merupakan proyek bersama yang punya cita-cita besar: mewujudkan masyarakat adil dan makmur tanpa penghisapan manusia atas manusia dan penindasan bangsa atas bangsa. Karena itu, nasionalisme Indonesia adalah proyek bersama yang masih jauh dari selesai. Karena itu, nasionalisme Indonesia dibangun dari sejumlah nilai progresif: pertama, nasionalisme Indonesia berpijak kepada nilai-nilai kemanusiaan/humanisme; kedua, nasionalisme Indonesia menghendaki kesejahteraan sosial (dan karenanya, nasionalisme Indonesia sangat anti-kapitalisme dan anti-imperialisme); dan ketiga, nasionalisme Indonesia bervisi internasionalisme, yakni persaudaraan antar bangsa-bangsa di seluruh dunia. Nasionalisme Indonesia adalah sebuah proyek bersama yang relevan dengan proyek emansipasi apapun yang menghendaki keadilan dan kesejahteraan sosial. Dan karena itu pula, nasionalisme Indonesia tetap relevan sepanjang zaman. Bagaimana membangkitkan kembali nasionalisme kita? Saya kira menghidupkan kembali api nasionalisme harus dimulai dari kesadaran: Satu, Indonesia sebagai proyek bersama haruslah menjadi wadah bagi seluruh bangsa Indonesia dari beragam suku, agama dan adat-istiadat. Semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ harus termaterialkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dua, Indonesia sebagai proyek bersama harus memberi tempat kepada seluruh rakyat Indonesia, yang berhimpun dalam berbagai kekuatan politik, untuk berbicara dan beraspirasi. Sebab, visi strategis tentang Indonesia masa depan hanya dapat diterima bersama jikalau disosialisasi dan diperdebatkan secara terbuka dan demokratis. Dan Tiga, Perlu untuk mulai dengan mendiskusikan problem pokok bangsa saat ini dan menjadikannya sebagai titik-tolak untuk membangun kesatuan baru di atas basis persamaan nasib. Dalam konteks pengajaran nasionalisme di sekolah, hal yang mendesak dilakukan adalah: pertama, mengembalikan jiwa nasionalisme kita sebagaimana akar historis dan kekayaan gagasan para pendiri bangsa; kedua, nasionalisme harus diajarkan sebagai nilai yang hidup dan bisa menjiwai praktek sosial, seperti kecintaan terhadap kemanusiaan, keberpihakan terhadap keadilan sosial, patriotisme yang progresif, dan lain sebagainya; dan ketiga, perlu mendorong peserta didik untuk belajar memahami keadaan sosial di sekitarnya dan bagaimana menempatkan dirinya sebagai “manusia Indonesiaâ€ dalam keadaan tersebut. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: