Apilkasi Hisab dan Ru’yah untuk Tentukan Awal Ramadan, Semuanya Insya Allah Benar
APLIKASI Hisab dan Ru’yah dua cara yang dipakai untuk menentukan awal puasa ramadan. Bukan soal siapa yang puasa duluan pada hari ini, Sabtu, dan yang siapa yang menyusul besok, Ahad. Perbedaan awal puasa itu didasarkan pada metode yang insya Allah dibenarkan secara keagamaan dan keilmuan. Yang mempermasalahkan kedua metode itu adalah mereka kaum awam ilmu dan adab. Pengguna salah satu metode untuk menentukan awal puasa itu juga menggunakan metode yang satunya lagi. Mata untuk melihat dan otak untuk menghitung itu faktanya berada di kepala yang sama. Itu ibarat dua sisi satu mata uang. Sisi yang tidak terlihat sama bernilainya dengan bagian yang tampak dan keduanya saling melengkapi. Golongan yang tidak berpuasa, namun diam-diam mengonflikkan dua metode itu sungguh tak tahu diri. Mereka yang mengawali puasa di hari berbeda tetapi termakan hasutan lalu sibuk membenarkan posisi sendiri dan menyalahkan posisi orang lain, patut dipertanyakan saum dan akhlaknya pada Ramadan. Kini yang penting adalah setiap yang berpuasa menerapkan kedua metode itu untuk dirinya sendiri. Setiap hari menghisab amal baik apa saja yang sudah diperbuat dan merencanakan apa saja yang akan dilakukan. Bila itu sedekah, sebagai misal, halal atau tidak rezeki yang didapatkan dan diberikan kepada orang lain. Dengan metode ru'yah, setiap hari mendiagnosis secara obyektif keburukan diri sendiri dan rencana memperbaikinya. Melihat hilal juga bisa dimaknai secara sensitif dengan mengamati persoalan sosial atau kebutuhan mendesak tetangga. Pandemi virus telah usai, tetapi pandemi ekonomi jauh dari kata reda. Hisab dan ru'yah itu, biarlah menjadi otoritas ulama, ilmuwan, fuqaha, atau astronom yang mumpuni ilmunya dan terpuji adabnya. Otoritas kita sebagai orang awam adalah ya itu tadi, menerapkan metode rukyah dan hisab untuk mengevaluasi puasa diri sendiri, manfaatnya buat keluarga dan dampak positifnya buat orang lain. Setiap orang mampu menjadi astronom (ru'yah) dan matematikawan (hisab) selama Ramadan. Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama itu saudara kembar dari rahim Islam yang sama. Yang namanya saudara kembar, tidak pernah ada yang dilahirkan secara bersamaan. Pasti bergiliran keluar dari rahim ibu lalu diasuh bersama dan berguru pada orang hebat yang sama. Meski tinggal di lingkungan tak sama, akan tetapi batin mereka terikat satu sama lain! Selamat berpuasa. Selamat menghisab saum sendiri. Selamat merukyah kebutuhan orang lain. Semoga selalu sehat-afiat, selamat, dan bahagia. *Dody Riyadi HS, S.Ag., M.Si./Alumni Darunnajah Jakarta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: