Dewan Gerindra Soroti Masalah Tumpukan Sampah, Aksi Vandalisme dan Premanisme yang Marak di Jawa Barat

Dewan Gerindra Soroti Masalah Tumpukan Sampah, Aksi Vandalisme dan Premanisme yang Marak di Jawa Barat

--

Setelah keluar dari pembatasan sosial karena pandemi Corona, belakangan ini masalah gangguan keamanan dan keresahan sosial kembali marak di tengah masyarakat. Kenakalan remaja berupa tawuran, aksi vandalisme dan premanisme pun jadi sering terjadi.

Ihsanudin mengungkapkan, masalah vandalisme dan premanisme adalah masalah sosial yang terjadi dari masa ke masa.
“Vandalisme merupakan tindakan atau perilaku yang bersifat merusak. Merusak bukan berarti selalu tindakan penghancuran, melainkan tindakan yang merugikan lingkungan atau fasilitas umum. Tindakan ini tergolong merugikan, tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk lingkungan sekitar,” jelasnya.

Dijelaskan, sering terjadi aksi vandalisme misalnya mencorat-coret fasilitas umum, membuang sampah sembarangan, menyalakan api sembarangan, menghancurkan jendela dan bangunan, menggores cat mobil, dan tindakan tidak bertanggung jawab lainnya.

Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jabar ini mengemukaan  berbagai cara yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi tindakan vandalisme pada remaja, yakni melalui pendekatan keluarga dan patroli aparat pemerintahan.
Sebagai lingkungan yang terdekat dengan remaja, keluarga perlu membangun komunikasi yang baik untuk mengatasi persoalan ini.

Dengarkan dan biarkan mereka menyampaikan pendapatnya tentang sesuatu. Hal ini akan membuat mereka lebih terbuka terhadap keluarga.
Selain itu arahkan remaja pada  kegiatan positif. Beberapa remaja melakukan pengrusakan karena mereka haus akan pengakuan.

Cara mengatasi vandalisme pada remaja sebelum merajalela adalah dengan mengalihkannya pada kegiatan-kegiatan positif.
Kegiatan positif ini dapat menjadi kesibukan remaja pada waktu luang sehingga mereka terhindar dari perbuatan yang sia-sia.
Selain itu ada pendekatan konseling dan terapi dari sekolah. Karena itu sekolah harus juga memfasilitasi kegiatan konseling dan terapi.

“Padahal, akan lebih efektif apabila kebiasaan di lingkungan keluarga dan sekolah membiasakan konseling dan terapi di setiap waktu dibutuhkan agar kita semua terhindar dari masalah vandalisme dan premanisme,” ungkapnya lagi.

Dikatakan, konseling dapat dilakukan bersama seorang psikolog atau guru BK di sekolah.  Sebagai pihak yang lebih netral, konselor profesional dapat membantu pendidik menemukan solusi untuk mencapai tujuan baik, demi memperbaiki perilaku dan pola pikir remaja, ataupun yang harus diperbaiki dari sisi orangtua.

Ditambahkan Ihsanudin, mengatasi vandalisme tentu tidak dapat dilakukan satu pihak saja, misalnya keluarga. Perlu ada dukungan dari pihak lain. Terlebih jika perbuatan yang dilakukan sampai merugikan kepentingan umum.

“Sanksi yang tegas dari masyarakat dan pemerintah terhadap pelaku vandalisme perlu ditegakkan agar menimbulkan efek jera.  Mengingat dampaknya yang cukup serius, penting untuk berusaha mengatasi dan mencegahnya.” pungkasnya. (shn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: