Kisah Sahabat Nabi: Ahbdurrahman Bin Auf yang Mendapat Julukan "Bertangan Emas"

Kisah Sahabat Nabi: Ahbdurrahman Bin Auf yang Mendapat Julukan

Kisah Sahabat Nabi, Abdurrahman bin Auf (Foto-/Get Images/iStockphoto/rudall30)-Foto/Get Images/iStockphoto/rudall30-

Abdurrahman bin Auf adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal karena kegantengannya dan kepercayaan dirinya yang kuat. Dia memperlihatkan kesetiaan yang kuat pada prinsip-prinsip Islam dan memiliki karakter yang teguh. Yuk simak kisah sahabat nabi yaitu Abdurrahman bin Auf berikut ini!

Abdurrahman bin Auf termasuk dalam kelompok Assabiqunal Awwalun, yang merupakan orang-orang pertama yang masuk Islam. Dia mengucapkan syahadat hanya dua hari setelah Abu Bakar.

Sebelum memeluk Islam, nama asli Abdurrahman bin Auf adalah Abdu Amru. Pada masa itu, orang-orang Quraisy biasanya memberi nama anak-anak mereka dengan nama-nama yang bukan nama Allah SWT.

Kisah Sahabat Nabi yang Dermawan: Abdurrahman Bin Auf

Seperti saudara-saudara Muslim lainnya yang menjadi Muslim pada awalnya, Abdurrahman bin Auf juga tidak terlepas dari penindasan dan tekanan yang dialami oleh kaum kafir Quraisy. Meskipun demikian, ia tetap bersabar dan tabah dalam menghadapinya. Abdurrahman ikut dalam hijrah ke Habasyah bersama dengan sesama kaum Muslimin untuk menyelamatkan diri dan agama mereka dari penindasan yang dilakukan oleh Quraisy.

Ketika Allah memberikan izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat untuk hijrah ke Madinah, Abdurrahman menjadi salah satu pelopor kaum Muslimin di sana. Di kota yang sebelumnya bernama Yatsrib ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membentuk persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar. Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi Al-Anshari.

Meskipun Sa’ad termasuk orang kaya di antara penduduk Madinah dan berkeinginan untuk membantu saudaranya dengan sepenuh hati, Abdurrahman menolak dan hanya meminta Sa’ad untuk menunjukkan kepada dia di mana letak pasar di kota tersebut.

Sa’ad kemudian menunjukkan kepada Abdurrahman lokasi pasar, dan Abdurrahman mulai berdagang di sana. Tidak lama setelah memulai bisnisnya, ia berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk membayar mahar nikah. Abdurrahman kemudian menghadap Rasulullah dan menyatakan keinginannya untuk menikah.

Rasulullah bertanya, “Berapa mahar yang akan kamu berikan pada calon istri mu?”

Abdurrahman menjawab, “Emas seberat biji kurma.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Laksanakanlah walimah (perjamuan pernikahan), walaupun hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan harta mu.”

Sejak saat itu, kehidupan Abdurrahman menjadi sejahtera. Bahkan jika ia menemukan sebuah batu, di bawahnya pasti terdapat emas dan perak. Berkat Allah yang besar telah diberikan kepadanya, sehingga ia dijuluki ‘Sahabat Bertangan Emas’.

Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai seorang dermawan di mata masyarakat. Segala usahanya dilakukan dengan tujuan untuk meraih keridhaan Allah SWT semata.

Dalam bisnisnya, Abdurrahman bin Auf menjauhi transaksi yang mengandung unsur haram. Keuntungan yang dia peroleh tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga digunakan untuk membayar zakat, membantu keluarga, dan mendukung perjuangan Islam.

Karena ketekunannya dalam bersedekah, harta Abdurrahman bin Auf sangat melimpah. Bahkan, ada penduduk Madinah yang mengatakan bahwa semua orang di sana terlibat dalam kerjasama dengan Abdurrahman bin Auf. Sebagian besar harta kekayaannya dipinjamkan kepada orang-orang, digunakan untuk membayar utang mereka, dan dibagikan kepada mereka yang membutuhkan.

Pada zaman Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf menyumbangkan setengah dari kekayaannya. Kemudian, ia juga menyumbangkan sejumlah 40.000 dinar. Namun, kekayaannya sendiri menjadi suatu keprihatinan baginya. Bahkan, sahabat Nabi ini berusaha menjadi orang miskin setelah mendengar perkataan Rasulullah SAW.

Menurut laporan dari Rumah zakat.org, Rasulullah SAW pernah berkata bahwa Abdurrahman bin Auf akan masuk surga paling akhir karena kekayaannya yang berlebihan. Ia akan dihisab paling lama. Oleh karena itu, Abdurrahman bin Auf tidak ingin dihisab paling lama, sehingga mencoba untuk hidup sederhana agar dapat masuk surga lebih cepat.

Suatu waktu setelah perang Tabuk, buah kurma yang ditinggalkan oleh sahabat-sahabat di Madinah menjadi busuk, sehingga harganya turun. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Abdurrahman bin Auf.

Ia membeli kurma busuk dengan harga yang normal. Awalnya, kurma tersebut tidak laku, namun setelah Abdurrahman bin Auf membelinya, semua orang bersyukur karena berhasil terjual. Namun, usaha Abdurrahman bin Auf untuk menjadi miskin gagal.

Kemudian datanglah utusan dari Yaman yang sedang mencari kurma busuk karena konon dapat menjadi obat untuk wabah penyakit menular di negerinya. Abdurrahman bin Auf akhirnya menjual kurma busuk itu kepada utusan Raja Yaman dengan harga yang lebih tinggi.

Tindakan Abdurrahman bin Auf membuat Umar bin Khattab berkata, "Aku melihat bahwa Abdurrahman bin Auf telah berbuat dosa. Ia telah menyumbangkan seluruh harta tanpa menyisakan apa pun untuk keluarganya."

Mendengar itu, akhirnya Rasulullah bertanya kepada Abdurrahman Bin 'Auf apakah ia meninggalkan sesuatu untuk keluarganya. Abdurrahman dengan yakin menjawab bahwa ia bahkan meninggalkan lebih banyak untuk mereka daripada sebelumnya.

Ketika Rasulullah bertanya berapa jumlahnya, Abdurrahman menjawab bahwa ia telah meninggalkan segalanya untuk janji Allah dan Rasul-Nya, yaitu sebagai balasan atas kebaikan, pahala, dan ganjaran.

Abdurrahman Bin 'Auf dikenal sebagai orang yang dermawan kepada siapa pun dan kekayaannya tidak membuatnya sombong. Sebaliknya, ia selalu merasa takut tidak akan masuk surga karena kekayaannya.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Abdurrahman bin Auf ditugaskan untuk menjaga kesejahteraan dan keselamatan istri-istri Nabi. Dia bertanggung jawab atas kebutuhan mereka dan menyediakan pengawalan saat mereka bepergian.

Itulah kisah sahabat Nabi yaitu Abdurrahman bin Auf yang mendapat julukan "bertangan emas". Dari kisah sahabat Nabi tersebut, kita dapat mengambil hikmah untuk tidak sombong ketika memiliki harta berlimpah, karena harta hanyalah titipan dari Allah. Juga, jangan biarkan harta yang berlebihan membuat kita buta terhadap kebutuhan orang lain dan selalu merasa tidak puas.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: