H Aep dalam Kacamata Kiai (3)

H Aep dalam Kacamata Kiai (3)

H Aep dalam Kacamata Kiai (3)--karawangbekasi.disway.id

Oleh : Jaa Maliki

Penulis adalah Presidium Pergerakan Bintang Sembilan

POSISI terhormat kiai pada dasarnya berangkat dari ajaran bahwa Islam menekankan pentingnya ilmu pengetahuan yang harus dicapai oleh setiap umat Islam. Derajat terhormat kiai merupakan sesuatu yang melekat, karena masyarakat memandang penting pengetahuan agama dalam kehidupan mereka, kiai adalah sumber dari pengetahuan penting itu. Kiai juga sebagai pijakan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terkait dengan kehidupan keagamaan seperti halnya acara kelahiran anak dan prosesi kematian serta aktivitas lainnya. Hubungan yang dekat antara kiai dengan masyarakat yang secara khusus menempatkan kiai pada posisi penerjemah yang memberi penjelasan dalam konteks keagamaan dan mengklarifikasi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.

Kiai juga menafsirkan semua perkembangan dan perubahan dalam bidang sosial-budaya agar umat Islam, khususnya di desa-desa dapat memahami situasi tersebut. Ini membuktikan peran kiai lahir dari posisinya, baik sebagai pemimpin maupun pengajar agama yang sering kali disertai dengan kepemimpinan yang kharismatik. Dus, Kiai sebagai figur sosial-keagamaan, berusaha membawa masyarakat ke situasi yang dicita-citakan sebagaimana dikonseptualisasikan Islam.

BACA JUGA:Sosok H. Aep Syaepuloh di Kaca Mata Kiai (1)

Salah satu faktor yang mendukung posisi terhormatnya kiai di tengah-tengah masyarakat adalah kiai merupakan orang berpengatahuan luas yang kepadanya masyarakat belajar pengatahuan agama. Kepandaian dan pengetahuan yang luas tentang Islam menyebabkan kiai selalu mempunyai pengikut, baik pengikut informal yang menghadiri pengajian/ceramah dan para santri yang tinggal di pondok pesantren. Hubungan antara kiai dengan masyarakat diikat dengan emosi keagamaan yang membuat kedudukan kiai semakin kuat dan apa lagi kiai yang memimpin sebuah pesantren secara otomatis akan mendapat dukungan dari penduduk sekitarnya.

Salah satu sosok kiai sepuh di sebuah pesantren tua di Karawang yang sudah melahirkan ribuan alumni yang tersebar di pelosok Kabupaten Karawang dan bahkan banyak alumni pesantren tersebut telah mendirikan pondok pesantren sendiri. Sosok kiai tersebut adalah KH. Oman Abdurahman yang saat ini sebagai kiai sepuh Pondok Pesantren Nihayatul Amal yang lokasi di Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang. Kiai Oman Abdurahman merupakan mantu dari Almagfurlah Al ‘alim Al ‘allamah KH Ahmad Bushaeri, pendiri Pondok Pesantren Nihayatul Amal Rawamerta Karawang.

Di tengah kesibukan mempersiapkan menyambut kehadiran Bupati Karawang, H. Aep Syaepuloh untuk meresmikan gedung MTs Nihayatul Amal Rawamerta, Kabupaten Karawang, Jumat, 5 Juli 2024. Penulis memohon kesedian Kiai Oman Abdurahman untuk berbincang terkait cara pandang beliau terkait sosok Bupati Karawang, H. Aep Syaepuloh, yang akan ikut serta dalam kontestasi di Pilkada Karawang tahun 2024. 

BACA JUGA:Aep Syaepuloh di Kaca Mata Kiai (2)

Menurut KH. Oman Abdurahman, jauh sebelum mengenal H. Aep Syaepuloh, saya sudah mengenal baik ibunda bupati, Almarhumah Hj Cucu Saodah berkaitan dengan penyediaan baju seragam para santri/siswa Nihayatul Amal. Dari kenal baik dengan Almarhumah, ini menjadi wasilah terjalinnya komunikasi dan saling mengenal keluarga besar Pesantren Nihayatul Amal dengan bupati. Sehingga kehadiran Bupati dalam peresmian gedung MTS Nihayatul Amal Rawamerta semoga sebagai titik pijak harmonisasi dan singkronisasi program-program pemerintah daerah Kabupaten Karawang dengan dunia pesantren di Karawang.

Ketika ditanya terkait dengan sosok pribadi H. Aep Syaepuloh, Kiai yang lahir di kampung Karokrok, Desa Kalijaya, Kecamatan Telagasari ini mempunyai cerita yang mengesankan dan terus akan dikenang. Saat menghadiri undangan pernikahan putri pengasuh pondok pesantren di Telukjambe Timur, dan H. Aep Syaepuloh (wakil bupati) juga hadir dalam prosesi pernikahan tersebut. Setelah mohon ijin pulang dari acara pernikahan, secara bersamaan H. Aep Syaepuloh juga meninggalkan tempat pernikahan tersebut. Melihat saya ada keterbatasan dalam berjalan menuju tempat parkir kendaraan yang okasi e jauh, H. Aep Syaepuloh memapah saya dengan memegang okasi untuk membantu berjalan sampai ke tempat kendaraan diparkir. Kejadian yang saya alami menunjukan bahwa, H. Aep Syaepuloh sangat menghormati dan peduli pada para kiai sebagai cerminan wajah santri yang tetap melekat dalam dirinya.

Lebih lanjut Kiai Oman menjelaskan bahwa, ketika pulang dari kegiatan di Desa Sukamerta, Kecamatan Rawamerta, H. Aep Syaepuloh mampir untuk menunaikan sholat Jum’at di Mesjid Jami Asshodiqien dan memberikan bantuan karpet dan air conditioner (pendingin ruangan). Dan Kiai Oman menegaskan bahwa, bantuan tersebut sama sekali tidak ada permohonan terlebih dahulu dari pihak Dewan Kemakmuran Mesjid setempat.

BACA JUGA:Melalui Musdes, Pemdes Serang Perpanjangan RPJMDes Tahun 2018-2026

Demikian pula halnya, ketika ayahanda H. Aep Syaepuloh wafat, saya diundang untuk menghadiri tahlilan malam keenam di kediaman orang tuanya. Dan saya yakin, bahwa kiai-kiai dari Nahdlatul Ulama juga diundang hadir untuk memimpin tahlilan secara bergantian sebagai bentuk penghormatan H. Aep Syaepuloh kepada para Kiai Nahdlatul Ulama dan menunjukan sosok H. Aep Syaepuloh merupakan pejabat yang tetap menjalankan ajaran Ahlussunnah wal Jama”ah An-nahdliyah, dawuh KH Oman Abdurrahman. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: