Cagub Jabar Ahmad Syaikhu Bahas Masalah Pertanian Bersama Tokoh Masyarakat Sumedang
Calon Gubernur Jawa Barat, Ahmad Syaikhu, melakukan kunjungan ke Kecamatan Cisitu, Sumedang, untuk bertemu dan berdiskusi dengan sejumlah tokoh masyarakat, Sabtu (26/10).--karawangbekasi.disway.id
KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID – Calon Gubernur Jawa Barat, Ahmad Syaikhu, melakukan kunjungan ke Kecamatan Cisitu, Sumedang, untuk bertemu dan berdiskusi dengan sejumlah tokoh masyarakat, Sabtu (26/10).
Dalam pertemuan tersebut, Syaikhu menyerap berbagai aspirasi masyarakat setempat, terutama terkait permasalahan pertanian seperti mahalnya harga pupuk, pengairan yang tidak optimal, serta rendahnya harga jual padi setelah panen.
“Bagi para petani, tantangan utama adalah mengatasi permasalahan di sektor pertanian, terutama terkait kebutuhan pupuk,” ujar Ahmad Syaikhu.
Ia menyoroti ketersediaan pupuk yang terbatas serta harga yang tinggi, sehingga menyulitkan para petani dalam proses produksi.
BACA JUGA:Promosikan 'Sasak Giribig', PKT Desa Serang Cikarang Selatan Gelar Turnamen Mobile Legend
BACA JUGA:Viral Minibus Terbakar di Mapolres Karawang, Pengguna Jalan dan Warga Panik
Untuk mengatasi masalah ini, Ahmad Syaikhu menyatakan akan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian terkait solusi atas harga dan ketersediaan pupuk.
Selain itu, ia juga menyampaikan rencana alternatif melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jawa Barat, yaitu menyediakan pupuk organik sebagai solusi berkelanjutan bagi para petani
“Saat ini, kami sudah mulai memproduksi pupuk organik di Kabupaten Karawang, Bekasi, bahkan hingga Kebumen. Produktivitas hasil panen meningkat dengan penggunaan pupuk organik, dan tanah menjadi lebih subur serta berkelanjutan,” jelasnya.
Ia menambahkan, harga beras organik di pasaran saat ini dapat mencapai Rp 26 ribu hingga Rp 55 ribu per kilogram di minimarket, mencerminkan nilai tambah bagi petani.
Syaikhu juga menyoroti hasil penelitian dari Shanghai University oleh Prof. Chang, yang mengungkapkan bahwa penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang dapat mengubah faktor genetik pada tanah.
“Ini menjadi perhatian kita bersama, karena efeknya tidak hanya merusak kesuburan tanah tetapi juga dapat berdampak jangka panjang pada lingkungan,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: