Dunia Sedang Dilanda Resesi Seks, Penyakit Global Apalagi Tuh..?
DUNIA Sedang Dilanda resesi seks. Sejumlah negara di dunia tengah megalami fenomena 'resesi seks'. Hal itu berdampak kepada menurunnya jumlah populasi penduduk d negara tersebut. - Dunia sedang dilanda resesi seks'. Sebagaimana diberitakan Hypebae, istilah 'resesi seks' sendiri mengacu pada semakin berkurangnya aktifitas seks yang dilakukan masyarakat. Salah satu alasan terjadi dunia sedang dilanda 'resesi seks' di sejumlah negara disebabkan banyak hal. Beberapa diantaranya maraknya aplikasi kencan dan ilusi. Kubu lain menyalahkan kurangnya pasangan seks yang sesuai, pun pandangan seks adalah suatu hal negatif, menjadi penyebab resesi tersebut. Baca Juga: Pasca Pandemi Covid-19, Indonesia Komitmen Perkuat Kerjasama Global Berikut sejumlah negara yang mengalami resesi seks: 1. Amerika Serikat Dunia sedang dilanda 'resesi seks' termasuk di Amerika Serikat. Editor senior The Atlantic, Kate Julian, merilis tulisan terkait resesi seks di Amerika Serikat pada 2018. Dalam artikel itu, Julian mengungkapkan kekhawatiran atas kelompok remaja dan dewasa muda AS yang melakukan lebih sedikit seks. Julian merujuk pada data Survei Perilaku Risiko Remaja, yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS. Data tersebut menemukan bahwa persentase murid SMP dan SMA yang telah melakukan hubungan seks turun dari 54 persen ke 40 persen sejak 1991 hingga 2017. "Dengan kata lain, di jeda generasi, seks berubah dari sesuatu yang paling sering dilakukan anak SMP dan SMA, ke sesuatu yang paling jarang dilakukan [oleh generasi muda sekarang]," tulis Julian. Julian menuturkan beberapa aspek penyebab resesi seks terjadi karena sejumlah orang merasa tak harus melakukan seks jika tidak mereka tak menginginkannya. Julian juga menyoroti kemungkinan sejumlah orang yang lebih memprioritaskan sekolah dan pekerjaan, ketimbang cinta dan seks. Sebagaimana diberitakan Insider, faktor lain penyebab resesi ini adalah perubahan norma budaya. Masyarakat kini lebih mudah mendapatkan hiburan di dunia maya, seperti menonton Netflix dan menyelam di Instagram. Ini membuat orang tak lagi sering ingin melakukan seks. 2. China Dunia sedang dilanda 'resesi seks' ternasuk juga negara China disebut-sebut mengalami masalah resesi seks. Tanda resesi seks ini tampak dari jumlah angka kelahiran di sana yang semakin turun. Dalam penelitian berjudul 'The Challenges of the Low Birth Rate in China,' angka kelahiran di negara itu hanya mencapai 7,52 kelahiran per 1.000 orang pada 2021. Angka itu menurun ketimbang 2020, di mana angka kelahiran di China mencapai 8,52 kelahiran per 1.000 orang. Tak hanya itu, angka kelahiran pada 2021 dikatakan yang paling rendah terjadi di China sejak 1949. 3. Jepang Dunia sedang dilanda 'resesi seks'. Jepang menjadi salah satu negara yang generasi mudanya melakukan lebih sedikit seks ketimbang generasi sebelumnya. Berdasarkan Survei Fertilitas Nasional Jepang, satu dari sepuluh pria Jepang yang berumur 30-an masih perjaka. "Banyak individu yang tak dapat menemukan pasangan di komunitas," kata peneliti kesehatan masyarakat di Universitas Tokyo, Peter Ueda, kepada CBS News. Ueda juga berpendapat resesi seks di Jepang ini terjadi karena ketidakpercayaan diri atas finansial dan pekerjaan yang dialami warga. "Dibandingkan dengan pria yang menjadi karyawan tetap, pekerja paruh waktu atau pekerja sementara empat kali lebih besar tidak memiliki pengalaman heteroseksual pada umur 25 hingga 39, dan orang yang tak bekerja berisiko delapan kali lebih besar," kata Ueda. 4. Inggris Selain China, AS, dan Jepang, Inggris juga menjadi salah satu negara yang mengalami resesi seks. Jadi dunia Sedang dilanda 'resesi seks' yang makin meluas. Berdasarkan Survei Nasional terkait Perilaku Seksual dan Gaya Hidup (Natsal), angka aktivitas seksual responden sejak 2001 hingga 2012 mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada responden dengan rentang umur di atas 25 tahun, pun yang sudah menikah atau tinggal bersama, dikutip dari The Guardian. Rekor Cina China tengah mengahadapi fenomena "resesi seks". Itu terlihat dari rekor populasi yang semakin berkurang akibat angka kelahiran yang semakin rendah. Ya, pada 2021, China mencatat rekor angka kelahiran menjadi yang terendah sejak 1949. "Resesi seks" di China ramai jadi perbincangan usai sebuah laporan dengan judul The Challenges of Law Birth rate in China rilis di Wiley pekan lalu. Istilah "resesi seks" merujuk pada keengganan warga China untuk menikah dan angka kelahiran yang rendah. Dalam laporan tersebut, pada 2021 jumlah populasi di China menurun secara signifikan. Pada tahun ini saja, hanya 7,52 kelahiran per 1.000 orang. Sedangkan pada tahun yang sama, sekitar 11 juta bayi lahir. Jumlah ini menurun dibanding pada 2016, dengan 18 juta kelahiran. Mengutip CNN, belakangan ini, banyak penduduk di China yang memutuskan hanya memiliki satu anak karena biaya membesarkan yang melejit, terutama di kota-kota besar. Membesarkan anak-anak di Cina butuh banyak biaya. Menurut warga China, setiap orang tua dari keluarga kelas menengah ke bawah harus mati-matian untuk membiayai pendidikan satu anak saja. Sekolah-sekolah negeri pun semakin menuntut iuran selangit dan tambahan lainnya seperti pembayaran makanan hingga kegiatan ekstrakurikuler. Salah satu upaya mengatasi fenomena ini China pada tahun lalu mengeluarkan kebijakan baru dengan mengizinkan setiap pasangan boleh memiliki tiga anak. Namun, rencana ini disebut gagal dan tak cukup mengatasi angka populasi yang rendah. Sebelumnya, China memberlakukan satu pasang suami istri hanya boleh memiliki satu anak. Saat itu, langkah ini bertujuan mengurangi ledakan populasi yang menyebabkan China menjadi negara dengan penduduk terpadat di dunia. Namun, kebijakan itu justru menjadi bumerang bagi Negeri Tirai Bambu yang kini mengalami angka kelahiran rendah. Saat ini, tak sedikit warga China yang memilih tetap melajang atau menikah tanpa memiliki anak. Menurut laporan tersebut, jumlah pendaftaran pernikahan di China turun selama tujuh tahun berturut-turut. Pada 2020 angka pernikahan hanya 8,1 juta pasangan. Jumlah ini menurun 12 persen dari 2019. Tingkat kelahiran China berada pada level 1,16 pada tahun 2021, jauh di bawah standar 2,1 OECD untuk populasi yang stabil. Angka itu termasuk yang terendah di dunia. Demi mengatasi keengganan warga China untuk punya anak dan menikah, Presiden Xi Jinping mengeluarkan langkah-langkah baru. Beberapa di antaranya pemerintah menjanjikan insentif pajak dan rumah, menyediakan layanan pengasuh anak, membangun lingkungan kerja yang ramah kehamilan, dan mengatur kembali soal pendidikan. Terkait pendidikan, pemerintah juga menutup ratusan ribu les privat sebagai upaya memangkas bebas pekerjaan rumah dan kegiatan pendidikan di luar jam keluarga dan sekolah. Pekan lalu, China juga berencana mengambil langkah agar perawatan kesuburan lebih mudah diakses dan melarang aborsi. (disway)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: