Simak, Kenali HPHC dalam Rokok dan Bahaya yang Ditimbulkan

Simak, Kenali HPHC dalam Rokok dan Bahaya yang Ditimbulkan

HPHC (harmful and potentially harmful constituents) merupakan senyawa kimia berbahaya di dalam asap rokok. Tak hanya perokok aktif, HPHC juga berbahaya bagi perokok pasif atau orang lain yang menghirup asap rokok. Bahaya rokok bagi kesehatan tidak perlu diragukan lagi. Di dalam rokok terkandung setidaknya 7.000 zat kimia berbahaya dan sebagian di antaranya dapat memicu kanker. Zat berbahaya inilah yang dikenal dengan istilah konstituen berbahaya dan berpotensi berbahaya (harmful and potentially harmful constituents, HPHC). Kandungan Berbahaya atau HPHC dalam Rokok Sebelumnya telah disebutkan bahwa rokok mengandung ribuan zat berbahaya yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan di kemudian hari. Salah satu kandungan yang paling banyak diketahui ada di dalam rokok adalah nikotin. Nikotin dikenal dapat memberikan efek adiksi atau kecanduan. Efek inilah yang membuat perokok sulit berhenti merokok dan kerap mengalami gejala putus nikotin bila menghentikan kebiasaan tersebut secara tiba-tiba. Menurut US Food and Drug Administration (US FDA), nikotin termasuk dalam reproductive or developmental toxicant (RDT) yang dapat mengganggu perkembangan janin pada ibu hamil dan anak-anak. Akan tetapi, US FDA juga menyatakan bahwa nikotin bukanlah penyebab utama berbagai penyakit terkait kebiasaan merokok. Faktanya, berbagai HPHC lain yang terkandung di dalam rokok dan asapnyalah yang menjadi penyebab berbagai penyakit tersebut. Terkait hal tersebut, berikut ini adalah sejumlah HPHC yang terdapat dalam asap rokok dengan kadar yang cukup tinggi, yaitu: Karbon monoksida Senyawa ini dapat menurunkan kadar oksigen di dalam tubuh, sehingga fungsi jantung akan menurun dan kinerja paru-paru terganggu. Akibatnya, tubuh akan terasa lemas dan kepala pun terasa pusing. Dalam jangka panjang, karbon monoksida dapat menyebabkan penurunan fungsi berbagai organ tubuh dan memicu koma atau bahkan kematian. Benzena Zat kimia ini merupakan residu atau sisa hasil pembakaran rokok. Bila terpapar benzena dalam jangka panjang, dapat menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang dan berdampak pada menurunnya produksi sel darah merah dalam tubuh. Jika jumlah sel darah merah berkurang, risiko terkena anemia akan meningkat. Benzena juga dapat merusak sel darah putih, sehingga daya tahan tubuh bisa melemah. Acrolein Akrolein (2-propenal) dapat ditemukan di dalam berbagai jenis makanan yang dimasak. Senyawa ini terbentuk dari karbohidrat serta lemak nabati dan hewani selama proses pengolahan makanan dengan cara dibakar. Pembakaran rokok menghasilkan akrolein dengan konsentrasi yang sama atau melebihi total paparan akrolein dari semua sumber lain. Paparan akrolein dalam jangka panjang dapat memicu peradangan dan kanker pada saluran pernapasan serta meningkatkan risiko penyakit jantung. 1,3-butadiene Senyawa kimia yang satu ini mungkin jarang terdengar atau jarang diketahui ada di dalam sebatang rokok. Padahal, 1,3-butadiene merupakan salah satu senyawa kimia berbahaya, sebab bersifat teratogenik atau bisa menyebabkan cacat pada manusia. Senyawa ini juga bersifat karsinogen yang dapat memicu terjadinya kanker. Selain nikotin dan beberapa jenis HPHC di atas, ada pula senyawa kimia berbahaya lain yang juga terkandung di dalam rokok dan asapnya, seperti hidrogen sianida, formaldehida, timbal, arsenik, amonia, unsur radioaktif polonium-210, nitrosamine khusus tembakau (TSNAs), dan hidrokarbon aromatik polisklik (PAH). HPHC pada Berbagai Produk Tembakau Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, berbagai HPHC di atas terkandung dalam asap dari rokok yang dibakar. Dengan semakin banyaknya penggunaan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik atau vape, muncul pertanyaan apakah produk-produk tembakau alternatif tersebut juga mengandung HPHC yang sama? Jawabannya adalah ya, tetapi dalam kadar yang berbeda. Produk tembakau alternatif menghasilkan HPHC dengan kadar yang jauh lebih rendah daripada rokok karena tidak adanya pembakaran dalam proses konsumsinya. Berikut ini adalah beberapa perbedaan kandungan HPHC pada produk tembakau alternatif: Rokok konvensional Dari 7000 bahan kimia yang terkandung dalam rokok konvensional, 93 di antaranya digolongkan oleh FDA sebagai HPHC yang dapat memicu berbagai penyakit terkait merokok. Rokok elektrik atau vape Sebagian besar rokok elektrik masih mengandung nikotin, baik yang dihasilkan melalui ekstraksi maupun sintetis. Selain nikotin, cairan rokok elektrik tersebut juga mengandung gliserin, propilen glikol, dan perasa. Berbeda dengan rokok pada umumnya, rokok elektrik menggunakan sumber panas listrik yang memanaskan cairan vape untuk menghasilkan aerosol yang kemudian dihirup oleh penggunanya. Produk tembakau yang dipanaskan atau heated tobacco products Hampir serupa dengan vape, produk tembakau yang dipanaskan juga menggunakan sistem pemanasan dalam penggunaannya. Hanya saja, produk ini memanaskan tembakau asli, bukan cairan nikotin seperti pada vape. Dalam penggunaannya, tembakau tersebut dipanaskan pada suhu maksimum sekitar 350°C menggunakan alat elektrik khusus untuk menciptakan aerosol yang dihirup oleh pengguna. Suhu tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan proses pembakaran pada rokok yang suhunya bisa lebih dari 800°C. Dengan tidak adanya pembakaran ini, aerosol yang dihasilkan produk tembakau yang dipanaskan mengandung jenis dan kadar HPHC yang jauh lebih rendah. Beragam Masalah Kesehatan Akibat Rokok Sebagai senyawa kimia berbahaya, HPHC dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan bila masuk ke dalam tubuh atau terpapar dalam jangka waktu cukup lama. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh HPHC: Penyakit Paru Obstruktif Kronis (chronic obstructive pulmonary disease, COPD) COPD atau lebih dikenal dengan istilah penyakit paru obstruktif kronis adalah kondisi yang rentan dialami oleh perokok, baik aktif maupun pasif. Bahkan, sekitar 85–90% kasus PPOK disebabkan oleh menghirup HPHC pada asap rokok dalam jangka panjang. Ketika seseorang menghirup asap rokok, HPHC dapat menyebabkan jaringan dinding saluran pernapasan dan paru-paru mengalami peradangan dan pembengkakan. Seiring waktu, kondisi ini dapat membuat saluran napas dan paru-paru tidak dapat berfungsi dengan baik. Penyakit kardiovaskluar (cardiovascular diseases, CVD) Kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke. Hal ini dapat terjadi karena kandungan HPHC di dalam rokok dapat menyebabkan penebalan dinding jantung dan penggumpalan darah di pembuluh arteri. Akibatnya, kinerja jantung semakin berat dan suplai darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh menjadi terhambat. Kanker paru-paru Berbagai kandungan HPHC di dalam rokok bersifat karsinogen, yaitu dapat memicu pertumbuhan sel kanker dan salah satunya adalah kanker paru-paru. Hal ini dapat terjadi lantaran HPHC yang masuk ke dalam tubuh saat merokok bisa memicu kerusakan sel yang melapisi paru-paru. Seiring waktu, kerusakan tersebut dapat memicu pertumbuhan sel abnormal di sekitar paru-paru dan terjadilah kanker. Bukan hanya perokok aktif, perokok pasif pun bisa berisiko tinggi mengalami kanker paru-paru bila terpapar dalam jangka panjang. Gangguan gigi dan mulut Salah satu masalah gigi dan mulut yang kerap dialami oleh perokok aktif adalah perubahan warna pada gigi dan bau napas tidak sedap. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh HPHC yang terkandung di dalam rokok. Dalam jangka panjang, beragam kandungan HPHC dalam rokok juga dapat menyebabkan penumpukan plak dan terbentuknya karang gigi. Bila dibiarkan tanpa penanganan, HPHC dapat memicu kerusakan pada lapisan tulang dan jaringan gigi serta membuat gigi dan gusi rentan mengalami infeksi atau bahkan kanker mulut. Selain beberapa penyakit di atas, merokok juga dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit mata dan masalah pada sistem kekebalan tubuh, termasuk rheumatoid arthritis, serta penyakit kronis seperti diabetes. Nah, agar terhindar dari berbagai risiko kesehatan akibat merokok, cobalah untuk berhenti merokok mulai sekarang. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda merasa kesulitan untuk berhenti merokok. (alodokter/kbe)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: