Politisi Kanan Belanda Desak Indonesia Minta Maaf, Hoohhhhh….?

Politisi Kanan Belanda Desak Indonesia Minta Maaf, Hoohhhhh….?

Anggota Parlemen yang juga politisi kanan Belanda menyatakan  Indonesia harus minta maaf ke Belanda.  Kok bisa? ISU Indonesia belakangan menghangat di Belanda  setelah Perdana Menteri (PM) Mark Rutte menyatakan minta tentang agresi militer Belanda pada 1945-1949. Tapi komentar terbalik datang dari politisi kanan  negeri kincir angin itu. Adalah Geert Wilders yang justru mengatakan seharunya Indonesia lah yang minta maaf. Hoh…? Politisi Kanan Belanda “  Indonesia seharusnya meminta maaf pada Belanda,â€ kata anggota Parlemen Belanda, Geert Wilders yang  terang-terangan menentang pernyataan Perdana  Menteri Mark Rutte tentang agresi militer Belanda pada 1945-1949. Alasan Geert  karena yang dilakukan militer Belanda saat itu adalah sebuah perjuangan atas nama bangsa.  Karena itu  ia dengan tegas menyatakan tidak sepakat dengan Mark Rutte atas yang dia sebut kekerasan ekstrim selama Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949. Bahkan ia malah menuntut Indonesia untuk meminta maaf kepada negaranya. "Mana permintaan maaf dari pihak Indonesia atas kekerasan mereka terhadap Belanda?" kata Geert Wilders di akun twitterhya Sabtu 19 Februari 2022. Bahkan Petingi Partai Freedom itu menuding apa yang selama ini didengungkan adalah sebuah upaya pemalsuan sejarah.  "Menghukum tentara Belanda adalah memalsukan sejarah," ungkapnya. Di mata dia, militer Belanda saat itu melakukan perjuangan heroik bagi bangsanya.  Dab mengatakan jika mengucapkan kata maaf pada Indonesia sangat tidak layak. "Mereka  tentara Belanda saat itu adalah pahlawan. Kita harus berdiri di belakang veteran kita. Permintaan maaf tidak pantas," kata Geert. Sebelumnya, PM Belanda Mark Rutte meminta maaf kepada Indonesia pada Kamis, 17 Februari 2022. PM Mark minta maaf atas nama pemerintahan dalam konferensi pers di Brussel, Belgia. Dan pemerintahnya mengakui seluruh temuan yang dihasilkan sebuah tinjauan sejarah yang sangat penting bagi Indonesia. Dikatakan Belanda melakukan kekerasan secara sistematik, melampaui batas, dan tidak etis dalam upayanya mengambil kembali kendali atas Indonesia pasca-Perang Dunia II. Agresi Militer Belanda Dalam catatan sejarah, Indonesia sudah merdeka tahun 1945, tapi Belanda kembali datang . Kedatangan Belanda itulah yang menyebabkan konflik Indonesia-Belanda selama 4 tahun (1945-1949). Kedatangan Belanda modusnya dengan membonceng utusan pasukan sekutu, mereka ingin kembali berkuasa di Indonesia. Namun upayanya mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia. Pertempuran pun terjadi antara pasukan Belanda dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Selama empat tahun berkonflik dengan negara baru Indonesia, Belanda melancarkan dua kali serangan militer, yang dikenal di Indonesia sebagai Agresi Militer Belanda I dan Agresi Militer Belanda II. Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, Agresi Militer Belanda I bertujuan untuk menguasai sumber daya alam di wilayah Sumatra dan Jawa. Serangan militer Belanda yang pertama itu telah memicu kecaman internasional, termasuk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain itu, India dan Australia mengajukan permasalahan Agresi Militer Belanda I untuk dibahas pada agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 31 Juli 1947. Sidang PBB pun menghasilkan resolusi yang berisi himbauan agar Belanda dan Indonesia menghentikan pertempuran fisik serta mengadakan genjatan senjata. Namun rupanya himbauan itu tak mempan menghentikan Belanda. Pada 19 Desember 1948, Belanda kembali melancarkan serangan militernya, melanggar perjanjian damai Renville yang telah diupayakan oleh PBB. Kali ini tujuan Belanda melancarkan serangan militernya adalah untuk menghancurkan status Republik Indonesia sebagai kesatuan negara, menurut situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Juga untuk menguasai ibukota sementara Indonesia yang saat itu berada di Yogyakarta, serta menangkap pemimpin-pemimpin pemerintahan Indonesia. Belanda memang berhasil menguasai Yogyakarta dan menangkap tokoh-tokoh pemimpin Indonesia, namun itu bak menjadi 'senjata makan tuan'. Agresi Militer Belanda II pada akhirnya membuat Belanda semakin dikecam dunia internasional. Bukan hanya itu, AS yang awalnya 'acuh tak acuh' terhadap apa yang dilakukan sekutunya di Indonesia juga semakin tegas menekan Belanda. Dalam buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia (1979) karya A.H Nasution, Agresi Militer Belanda II menyebabkan korban jiwa dan kerusakan yang masif bagi Indonesia. Namun di sisi lain, Indonesia diuntungkan ketika Belanda memperoleh bencana politik dari keputusan mereka untuk melancarkan serangan militer itu. (bbs/shn)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: