KARAWANG - KIAI Ismail menjadi tokoh agama setempat yang menyetuskan ide pengajian keliling dari pintu ke pintu di Cilempung, Desa Pasirjaya. Usahanya itu tak lain untuk melawan stigma kampung halamanya dicap sebagai kampung begal. Kepada KBE, Kiai Ismail menceritakan dia dan masyarakat setempat sudah memiliki harapan yang sama. Mengubah pandangan masyarakat umum, khusunya di Karawang kepada kampunya. “Di tengah beban berat ini, dihadapan rintangan dan tantangan besar. Berkumpulnya para bapak dan ulama di sini, membawa misi untuk mengambalikan marwah Desa Pasirjaya,†ujar Kiai Haji Ismail saat berbincang dengan KBE. Kiai Ismail bercerita, asal muasal kampunya dicap sebagai Kampung Begal. Dimulai saat banyak orang luar yang datang ke kampungnya yang terus bebuat ulah di luar kampong, sehingga di mata orang luar, warga kampong di sana pelakunya. Di Desa Pasirjaya ada yang namanya Kampung Cilempung. Dimana dalam sejarah kriminalitasi di Karawang, kasus pembegalan yang terungkap banyak terbongkar ada di kampung itu pelaku dan penampung motor bodongnya. Yang notabenen adalah orang pendatang. Padahal, penelusuran KBE, di desa ini banyak pondok pesantren, apalagi majeis taklim. Santri pun setiap hari memadati masigit:musala. “Selain silaturahmi, pengajian door to door ini mengajak bapak-bapak di sini, sebagai penyambung lidah ke luar. Bahwa Desa Pasirjaya, iti desa santri, bukan kampung begal,†tegasnya. Tokoh masyarakat di Desa Pasirjaya, Idris mengungkapkan, mengembalikan nama baik Desa Pasirjaya tak semudah mengembalikan telapak tangan. Dengan memperbanyak kegiatan keagamaan, kata Idris, diharapkan mampu mencetak generasi penerus yang memiliki akhlakul karimah. “Banyak santri kita yang mondok di luar sana. Mereka jadi pemberita warga di luar. Ini loh, di Desa Pasirjaya, ada kita warga Dusun Ceah yang religius,†katanya. Sementara, Tokoh Agama setempat, Ustaz Mahmuri menceritakan, Desa Pasirjaya punya 1001 santri. Di mana dari awal pekan hingga akhir pekan, hari-harinya tak lepas dari pengajian dan jamiyahan. Kata Mahmuri, tak ada masjid atau majlis tak’lim di Desa Pasirjaya yang sepi jamaahnya. Rata-rata, semuanya penuh sesak. “Lihat santri kami, lihat desa kami dari dalam. Di sini indah, asri, sejuk dan agamis. Kami tak terima disebut sebagai warga kampung begal,†tegasnya. “Maulidan keliling ini merupakan upaya, untuk kita bersosialisasi dan berdiskusi. Agar nama Desa Pasirjaya kembali terangkat,†imbuhnya. Tokoh pemuda Desa Pasirjaya, Ahmad Baehaki menambahkan, kegiatan keagamaan seperti Maulidan keliling, efektif untuk mengajak anak muda milenial, menyibukan diri ke hal-hal positif dan menjauhkan pada hal negatif. “Pendatang itu membawa wabah ke anak-anak desa sini. Tapi itu dulu. Sekarang, bapak-bapaknya kompak, galakan kegiatan keagamaan yang melibatkan anak muda seperti saya,†katanya. “Sehingga, sekarang kita banyak disibukan pada hal-hal keagamaan yang positif. Dan dijauhkan pada pergaulan yang menjerumuskan,†pungkasnya. (red/kbe)
Kampung 1001 Santri Distigma “Kampung Begal� dan Kiai Melawannya
Senin 04-04-2022,12:00 WIB
Editor : redaksimetro01
Kategori :