Kisah Inspiratif Oman Mengajar Siswa di Tengah Hutan Karawang : Berawal Ngajar 12 Orang, Kini Siswanya Ratusan

Minggu 20-03-2022,09:00 WIB
Editor : redaksimetro01

Berawal ngajar 12 siswa, hingga kini berdiri SDN Wanajaya III dengan 70 siswa. Ia juga memprakarasi berdirinya SMP dan SMA non formal. Muridnya sebanyak 45 untuk SMP dan 72 murid untuk SMA. KARAWANG - Oman (62) tengah berdiri di depan SDN Wanajaya III Kelas Jauh, Kampung Cilele, Desa Wanajaya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jumat (18/3). Sekolah yang berada di tengah hutan milik Perhutani itu kurang lebih berjarak sekitar dua kilometer di belakang Karawang International Industrial City (KIIC), salah satu kawasan industri di Karawang. Pria yang lahir di Dusun Kaligandu, Desa Wanajaya itu memilih pensiun dari pekerjaannya sebagai sopir angkutan pada 1990. Kemudian, ia berkebun di sekitar Kampung Cilele, yang jalan menuju wilayah itu berupa tanah dan sebagian berbatu. Saat kemarau bisa ditempuh sekitar 50 menit. Adapun jika hujan bisa dua jam. Sembari berkeliling sekolah, Oman bercerita, kala itu banyak anak-anak Kampung Cilele yang tak bersekolah. Banyak di antara mereka saban hari membantu orangtuanya berkebun. Alasannya, fasilitas sekolah sangat jauh dan medan yang cukup sulit. Apalagi jika hujan turun. Melihat hal itu, hati Oman tergugah. Pada 1999, ia mendirikan kelas baca tulis. Tak ada kelas bertembok dan berkaca. Yang ada gubuk kayu yang menyerupai pos ronda. Gubuk itu dibangun gotong-royong oleh warga. "Saya mengajar bolak-balik, sambil ngurus kebun. Saya tidak dibayar saat itu," kata Oman sembari menunjukkan ruang kelas SDN Wanajaya III kelas jauh. Tahun berikutnya, Oman mengajak anak dan istrinya tinggal di Kampung Cilele demi fokus mengajar sembari berkebun. Enam bulan setelah kelas baca tulis berdiri, Oman mengajak rekannya yang merupakan guru sekolah dasar untuk mengajar di Kampung Cilele. Kelas baca tulis itu kemudian secara resmi menjadi SDN Wanajaya III Kelas Jauh. Pengajarnya Oman dan satu rekannya. "Angkatan pertama hanya 12 murid. Termasuk anak bungsu saya," ucap dia. Lima tahun berlalu, imbuh Oman, datang seorang donatur. Donatur itu awalnya akan melakukan survei untuk pembangunan musala. Begitu melihat gubuk di depan rumahnya, donatur itu bertanya. Mendengar penjelasan Oman bahwa gubuk tersebut merupakan sekolah kelas jauh dan kondisinya yang parah, donatur itu memilih lebih dulu membangunkan kelas. Oman berujar saat ini ada 70 siswa kelas Jauh SDN Wanajaya III. Selain itu kini telah berdiri SMP dan SMA non formal. Muridnya sebanyak 45 untuk SMP dan 72 murid untuk SMA. Saat ini, Oman mengajar seorang diri. Sorang guru lainnya telah ditarik menjadi kepala sekolah. Dua lainnya ditarik untuk mengajar di sekolah induk. Adapun selebihnya mengundurkan diri. "Terkadang kita juga dibantu oleh mahasiswa dan relawan untuk mengajar," katanya. Tahun 2019, Oman pensiun menjadi ASN. Akan tetapi pengabdiannya menjadi guru tetap ia lakukan. Oman lolos dalam tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) pada 2015. Saat itu, ia menjadi CPNS Kategori 2. Oman baru merasakan mempunyai gaji jutaan rupiah setelah puluhan tahun mengabdi menjadi guru di kelas jauh SDN Wanajaya III. Gaji PNS Oman Rp 2,5 juta per bulan. Namun, ia hanya menjadi PNS selama empat tahun. Ia kemudian pensiun karena umur. Meski begitu, Oman tak menerima uang pensiun. Sebab, aturannya uang pensiun diberikan kepada mereka yang memiliki masa kerja PNS selama lima tahun. "Tetapi itu saya terima dan saya memang tidak berniat untuk menjadi PNS. Mengajar di Kampung Cilele ini saya lakukan hanya karena ibadah," ungkapnya. Diketahui, Kampung Cilele merupakan salah satu perkampungan terpencil di Karawang. Mereka baru menikmati listrik lima tahun terakhir, itu pun menggunakan solar cell. Sinyal telepon genggam pun tak ada hingga kini. Kampung itu dihuni sekitar 100 kepala keluarga, yang sebagian besar petani dan pekebun. (rie)

Tags :
Kategori :

Terkait