BACA JUGA:Fokus Kartu Prakerja 2023, Peluang Lolos Gampang dengan Syarat Mudah, Ini Panduannya
“Hal ini butuh penyiapan SDM, infrastruktur dan perubahan mindset pendidik, peserta didik dan bahkan pejabat di Dinas-dinas Pendidikan provinsi, kota dan kabupaten,” kata Heru Purnomo yang juga salah satu kepala SMPN di DKI Jakarta.
Heru menambahkan, FSGI mendorong transformasi seleksi perguruan tinggi negeri ini dapat menjawab keberlangsungan paradigma baru pembelajaran yang di gagas dalam Merdeka Belajar.
“Dengan demikian, jika episode ini dapat dijalankan perguruan tinggi dengan baik, maka kesinambungan sistem pendidikan dari dasar menengah akan sejalan dengan perguruan tinggi,” demikian Heru.
Empat Rekomendasi FSGI
Pertama, FSGI menyampaikan apresiasi kepada Kemendikbudristek yang telah berupaya keras dalam mentransformasi pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Kedua, FSGI mendorong Kemendikbudristek melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala ke berbagai sekolah yang menerapkan kurikulum merdeka agar mendapatkan input dan upaya perbaikan.
BACA JUGA:KPK Lakukan Upaya Hukum Kasasi Putusan Wali Kota Bekasi non Aktif di PT Bandung
Ketiga, FSGI mendorong pemerintah daerah melalui Dinas-dinas Pendidikan bersinergi demi keberlangsungan suatu program pendidikan yang baik hanya dapat tercapai jika disertai penyiapan SDM melalui pelatihan-pelatihan berkualitas, infrastruktur memadai, komitmen semua pihak di lingkungan pendidikan dan ada evaluasi berkala.
Keempat, FSGI mendorong Kemendikbudristek berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang massif dan berkualitas untuk para kepala sekolah dan pendidik.
BACA JUGA:Fokus Kartu Prakerja 2023, Peluang Lolos Gampang dengan Syarat Mudah, Ini Panduannya
Karena, pemahaman kurikulum dan paradigma baru pembelajaran yang disosialisasikan secara terstruktur dan masif ke semua guru dan satuan pendidikan dengan melibatkan instansi vertikal Kemendikbud dan kolaborasi pemerintah daerah akan lebih baik ketimbang membidik sejumlah guru penggerak dan sekolah penggerak yang gagal secara kuantitas dan kualitas. (hid)