“Jadi kota/kabupaten juga merasa memiliki masjid itu, karena memang melibatkan APBD provinsi sehingga representasi masjid itu dibuat 27 pintu yang mencerminkan karakter seni batik masing-masing daerah,” jelasnya.
Selain itu, DKM juga merepresentasikan dari pemerintah daerah dan MUI daerah untuk memakmurkan masjid itu, yang bukan saja menjadi simbol kebanggaan masyarakat, tetapi juga sebagai perekat.
“Masjid Raya Al Jabbar ini tidak hanya menjadi simbol kebanggaan masyarakat Jawa Barat, tetapi juga menjadi perekat bagi 27 kabupaten/kota di Jawa Barat,” tegasnya menegaskan.
BACA JUGA: 10 Daerah Termiskin Wilayah Jabar, Peringkat Pertama Wilayah Kota Tasikmalaya
Bang Has berharap denga adannya Masjid Raya Al Jabbar bisa memperkuat ukhuwah umaro di 27 kabupaten/kota berikut ulamanya dengan simbol representasi DMK masjid itu diambil dari 27 perwakilan kabupaten/kota.
Sisi Unik
Bang Has mengatakan, Masjid Raya Al Jabbar yang megah dan unik itu merupakan cermin bahwa meski sekarang dari segi bentuk, masjid semakin termodernisasi. Tidak harus ada kubah.
BACA JUGA: Miliki Ragam Fasilitas dan Fungsi Masjid Al Jabbar Bisa Jadi Tujuan Destinasi Wisata dan Edukasi
“Sekarang suara-suara masjid kan sudah canggih-canggih. Jadi tanpa kubah pun suara juga akan bersih,” imbuhnya.
Dijelaskan Bang Has, kubah ketika zaman dulu tidak toa. Jadi kalau adzan di dalam kubah itu suaranya bulat.
Ketika disinggung lebih dalam lagi apa-apa yang unik dari Masjid Raya AL Jabbar, Bang Has mengatakan semua unik. Mulai dari estetika taman dan konstruksi,
Nah konstruksi itu, lanjutnya, bisa berdasarkan hitungan-hitungan matematika atau aljabar. Yang unik memang pada atapnya itu.
BACA JUGA: Habitatnya Rusak, Ular Sanca dan Kobra Masuk ke Pemukiman Warga di Margahayu
Dalam konteks artistik itu, kata Bang Has sangat baik karena kalau siang cahaya matahari masuk lewat kotak-kotak itu.
“Dan tentu kalau malam hari juga indah karena lampunya juga dibawa kubah masjid seperti ya luar bisa indah kalau malam hari,” tandasnya.