KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mengganas. Angka kasus meningkat hingga 736 kasus yang didominasi menimpa anak-anak dan dewasa.
Kendati akibat dari perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang semakin meningkat setelah peralihan musim. Hal ini memicu tingginya angka demam berdarah.
Seperti diketahui angka kasus penyakit demam berdarah di wilayah Kabupaten Bekasi dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mencatat 736 kasus sejak Januari sampai pertengahan Mei 2024.
Dibandingkan tahun 2023 di Kabupaten Bekasi angka kasus DBD sepanjang tahun lalu hanya tercatat 726 kasus. Artinya, kasus DBD sampai Mei bulan kelima di tahun 2024 ini sudah melebihi dari total kasus tahun 2023 lalu.
BACA JUGA:Quest Prime Cikarang Tawarkan Paket Meeting Super Lengkap
"Sejak Januari hingga pertengahan Mei 2024 sebanyak 736 warga Kabupaten Bekasi terjangkit DBD," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Irfan Maulana ketika diwawancarai wartawan pada Minggu (19/05).
Berdasarkan data laporan mingguan Dinkes Kabupaten Bekasi, lonjakan kasus DBD terbanyak di Puskesmas Wanajaya Cibitung sebanyak 77 kasus. Selain di Wanajaya, kasus DBD terbanyak di Desa Sirnajaya 66 kasus dan Wanasari 49 kasus.
Menurutnya, peningkatan kasus saat ini biasa terjadi karena musim peralihan. "Ada peningkatan kasus, tapi biasa di musim peralihan," ucap dia.
Masih sama seperti data April 2024, angka kematian akibat DBD berjumlah empat orang. Rinciannya, dua pasien di Tambun, satu pasien di Telagamurni dan satu lainnya di Sukatani.
BACA JUGA:Pembangunan Rutilahu di Desa Sukadami Tahap Pertama Segera Dimulai
"Rata-rata penderita dibawa sudah dalam keadaan demam dan kejang. Faskes rujukan biasa menangani kasus DBD di musim peralihan ini," imbuhnya.
Penderita DBD mulai dari anak-anak sampai dewasa. Selain segera membawa penderita ke fasilitas kesehatan, kata Irfan penting juga dalam memperhatikan kebersihan rumah yang menjadi kunci mencegah penyebaran kasus DBD. "Kebersihan lingkungan di masyarakat itu kuncinya," tukasnya.
Selain itu, untuk mencegah penyebaran kasus DBD, pemerintah mengalakkan Gerakan Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik (Jumantik) atau G1R1J. Gerakan ini melibatkan anggota keluarga di rumah untuk mengawasi jentik dan menggunakan media sosial guna melaporkan secara berkala.
Di samping itu, pemerintah juga melakukan berbagai upaya preventif, seperti bimtek, monitoring evaluasi secara online dan offline, webinar DBD, pembuatan surat pemberitahuan terkait kewaspadaan DBD, dan alokasi logistik DBD ke seluruh wilayah kecamatan.