Leiner Alden, Jawara Matematika SMAN 1 Cikampek Tetap Berprestasi di Tengah Keterbatasan Fisik
KARAWANG- Leiner Alden Setiawan adalah siswa istimewa. Pelajar kelas 12 IPA A di SMAN 1 Cikampek itu baru saja mengharumkan nama sekolah dengan masuk lima besar dalam Olimpiade Math Competition of Unsika edisi ke 9 yang diikuti tak kurang dari 70 siswa Jawa Barat. Disebut istimewa, sebab Leiner berbeda dari keseluruhan peserta yang ikut olimpiade matematika itu. Sejak berusia 18 bulan, ia divonis oleh dokter mengidap spinal muscular atrofi yang dimana pengidapnya itu mengalami lemah otot dan mengakibatkan gangguan pada gerakan. Setiap harinya kekuatan ototnya makin melemah, Leiner berangkat-pulang sekolah selalu diantar oleh kedua orang tuanya. Bahkan, untuk istirahat makan pun selalu disuapi orang tuanya. Termasuk jika ingin buang air, Leiner perlu bantuan teman-temannya. Meski dirinya memiliki keterbatasan dalam fisik, Leiner mampu menembus urutan lima besar dalam Olimpiade Math Competition of Unsika edisi ke 9 yang terdiri dari siswa se-Jawa Barat. Ia mengaku sempat kesulitan mengimbangi kecepatan lawannya dalam menjawab soal. “Lombanya matematika sekolah, finalnya sedikit kena mental, pertama kali offline dalam satu ruangan, saling cepet-cepetan gitu. Saya kan terbatas juga (gerakannya), kalah cepet gitu,†ujar Leiner saat berbincang dengan KBE, pada Jum’at (16/9) kemarin. Ini bukan kali pertama Leiner ikut ajang Olim- piade Math Competition of Unsika. Saat kelas 10, Leiner mengaku sudah mengikuti Olimpiade itu. Namun, ia tersisih akibat kesalahan teknis ditengah perlombaan yang berlangsung secara daring. “Pernah tahun kemarin lomba disini, tiba-tiba mati lampu, jadi saya tersisih,†ujarnya sambil terkikih-kikih. Leiner dapat dibilang memiliki keistimewaan daya tangkap yang kuat dalam menyerap pelajaran. Sewaktu ia masih SMP, orang tuanya tak pernah terbesit Leiden berminat pembelajaran matematika. Ia hanya gemar bermain game. Namun Leiner tetap diberi penegasan untuk dapat bertanggung jawab akan kewajibannya sebagai siswa. “Saya sih bebas. Kalo main ya main, dia sudah punya tanggung jawab sendiri. Jadi udah ada jadwal jam sekian untuk main dan belajar,†kata Ibunda Leiner, Siulina Tatang. Kedua orang tuanya menyadari Leiner memiliki daya tangkap yang kuat ketika ia TK, hanya butuh satu minggu ia dapat membaca kalimat per kalimat. “Pas SMP belum (minat mapel matematika), tapi memang dari kecil TK mudah memahami bahasa, belum seminggu udah bisa baca. Tuhan adil kasih kelebihan buat dia,†Keberhasilan Leiner mendongkrak prestasi Sachie yang disandang sebagai sekolah inklusi. Secara, Leiner dapat dijadikan motivasi bagi siswa lainnya untuk giat belajar dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan. “Saya salut dengan Leiner, keterbatasan yang dimiliki mampu membawa prestasi bagi dirinya dan sekolah,†kata Kepala Sachie, Agus Setiawan saat berbincang dengan KBE. “Kedua orang tuanya mensupport penuh Leiner, Rekan-rekannya di kelas empati kepadanya.†sambung Agus. (gma/wyd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: