Masjid di Purwakarta Pertahankan Tradisi Azan Tanpa Pengeras Suara : Mereka Meneladani Ketasawufan Mama Sempur
PURWAKARTA - Setiap waktu salat tiba, panggilan azan tak pernah dilantunkan menggunakan alat bantu pengeras suara. Adat ini dipertahankan turun-temurun oleh warga Desa Cibogogirang, Purwakarta. Warga Desa Cibogogirang, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, masih memegang teguh wasiat dari para leluhurnya yakni mempertahankan ada istiadat tidak menggunakan pengeras suara di Masjid Al-Karomah yang berada di wilayahnya. Azan, iqomah hingga ceramah dilakukan tanpa pengeras suara, meski demikian jamaah datang tepat waktu ke masjid ini, baik waktu menunaikan salat lima waktu maupun sholat Jumat. "Masjid Al-Karomah dari dulu memang seperti ini, baik untuk adzan, khutbah atau keperluan lain di dalam masjid tanpa pengeras suara," ungkap salah seorang pengurus Masjid Al-Karomah, Arif Gozali, Jumat (8/4). Fasilitas di masjid ini seperti pada umumnya, layaknya bangunan di zaman modern menggunakan aliran listrik sebagai penerangan di malam hari, dan bangunan kokoh berdiri secara permanen di tengah pemukiman warga. Kubah berwarna hijau menjulang di atas bangunan menambah keindahan Masjid Al-Karomah. "Alasan paling mendasar adalah masyarakat lebih memilih mempertahankan wasiat dari para pendahulu dibandingkan mengikuti perkembangan zaman. Alasan kedua karena belum dibutuhkan, buktinya tanpa pengeras suarapun para jemaah tetap datang untuk beribadah," kata Arif. Apalagi, kondisi sosial di kampung ini berlatar belakang pendidikan pesantren yang para pendahulunya banyak menimba ilmu ke Syekh Tubagus Ahmad Bakri atau dikenal dengan nama Mama Sempur, yang dikenal dengan ketasawufannya. "Masyarakat di sini masih banyak memegang erat nasehat-nasehat daripada ulama yang memegang tasawuf itu sendiri," ujar Arif. (has/mhs)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: