Sering Di-bully, Luhut Paparkan Kawasan Prospek Industri Hijau Kaltara dan Transformasi Ekonomi

MENKO Marinves, Luhut Binsar Pandjaitan memaparkan prospek kawasan industri hijau (green Industri) Kalimantan Utara (Kaltara). Dalam pembuka pemaparannya, Luhut mengaku, dulu seringkali d-bully karena konsep hilirisasi industri yang dilakukan. Termasuk beragam kerjasama dengan China. Namun, kini hilirisasi industri telah menunjukkan hasilnya dan menopang neraca perdagangan Indonesia. Indonesia, kata dia, saat ini berfokus pada pengolahan bahan baku menjadi produk jadi (industri). “Kita akan bekerjasama dengan Tiongkok/China, Korea dan Abu Dhabi,†kata Luhut, dalam pemaparan kepada ratusan pemimpin redaksi, direktur dan general manager Disway National Network, Senin (10/1/2022). Luhut yang dibantu dua deputi menjelaskan, hilirasi telah membantu kinerja neraca transaksi berjalan. Dalam negara transaksi berjalan tahun 2021 misalnya. Indonesia mencatatkan ekspor hingga USD 25 billion. Salah satunya ditopang dari produk besi dan baja yang mencapai USD 19 billion, atau meningkat 76 persen. Dengan tambahan itu, defisit necara perdagangan dengan China menurun sebesar 40 persen. Hal itu ditopang dengan adanya ekspor besi dan baja ke China. Tanpa adanya proyek hilirisasi, defisit neraca transaksi akan lebih besar. Menurut dia, kawasan Industri Kalimantan Utara akan menjadi motor hilirisasi berikutnya. Kawasan tersebut bakal memiliki luas area 16.400 hektare dengan potensi penambahan menjadi 19 ribu hektare pada tahap 1 dan 30 ribu haktare di tahap 2. Industri Hijau Jenis industri yang akan dibangun adalah green alumunium, besi, polysilicon, graphite, kemudian jenis baterai baru yakni LFP, petrokimia, hingga solar panel. Kawasan industri Kaltara juga akan ditopang dengan pelabuhan, bandara, hotel dan akomodasi karyawan hingga poletiknik dan balai latihan kerja. Green industry Kaltara sendiri mulai konstruksi di tahun 2021 dan pada 2023 akan memulai operasio komersial perdana. Proyek ini, akan mampu memproduksi petrokimia dengan kapasitas 4,16 juta ton, electronic alumina 3 juta ton, besi 5 juta ton, jenis baterai baru LFP 265 giga watt hour (GWH), industri silicon 1,2 juta ton, polycristalline silicon 0,2 juta ton. Hilirisasi industri juga akan membuat struktur ekonomi Indonesia menjadi lebih kompleks dan tidak lagi didominasi sektor agrikultur seperti sawit, dan lainnya. Dalam tahap berikutnya, kata dia, Indonesia akan mengarah pada pengembangan produk besi dan baja. Yang saat ini baru sebatas pada kebutuhan konstruksi dan ke depan merambah ke kebutuhan industri. Rencana ke depan, hilirasasi industri Indonesia akan dilakukan dengan tiga hal. Yakni, membangun basis industri bernilai tambah tinggi untuk mendukung green economy. Industri tersebut adalah semikonduktor atau chip beserta ekosistemnya, mobil listrik, juga software engineering. Mengalokasikan sumber energi rendah emisi untuk industri bernilai tambah tinggi. Kemudian membantuk talent pool yang berkualitas melalui program penjaringan lulusan teknik dan sains untuk diarahkan pada perusahaan kelas dunia, di bidang teknologi. Luhut menekankan, Indonesia adalah negara yang besar dengan sumber daya alam yang luar biasa. Namun, selama ini kurang ter-manage dengan baik. “Karenanya sekarang ini kita manage dengan baik,†tandasnya. (bbs/yud/kbe)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: