Menteri Agama Membantah, Tegaskan Tak Samakan Suara Azan dengan Suara Anjing
JAKARTA- Di tengah kecaman yang kian deras dari berbagai kalangan, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas membantah menyamakan toa masjid dan suara anjing. Bantahan Menag tersebut disampaikan dalam rilisnya Jumat pagi ini. Dijelaskan, Menteri Agama membayangkan kebisingan toa masjid berubah menjadi gangguan. Kemenag menegaskan tidak menyamakan suara azan dengan suara gonggongan anjing. Menag juga menyoroti berita di media massa tentang pernyataan Yaqut tidak sesuai dengan fakta yang ada. "Tidak ada kata membandingkan atau mempersamakan antara azan atau suara yang keluar dari masjid dengan gonggongan anjing," dikutip dari keterangan tertulis Kemenag, Jumat (25/2). Kemenag menyampaikan Yaqut menjelaskan sejumlah contoh, bukan membandingkan. Mereka berpendapat Yaqut berniat mengambil benang merah dari tiga contoh itu, yaitu suara apa pun harus diatur agar tak menjadi gangguan "Di daerah yang mayoritas Muslim, hampir setiap 100 meter, 200 meter itu ada musala-masjid. Bayangkan kalau kemudian dalam waktu bersamaan mereka semua menyalakan toa-nya di atas, kayak apa. Itu bukan lagi syiar, tapi menjadi gangguan buat sekitarnya," kata Yaqut. Menag juga menegaskan tak punya niat sama sekali untuk melarang azan lewat sepiker masjid. Menurut Kemenag, Yaqut hanya memberi ketentuan teknis penggunaan sepiker masjid. Tanggapan MUI Pusat Sementara itu Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) merespons pernyataan Menag Yaqut Cholil Qoumas yang menganalogikan suara azan dengan gongongan anjing. redKetua MUI Pusat Cholil Nafis memilih enggan mengomentari pembandingan atau penganalogian antara azan dengan suara azan. “Ya Allah, ya Allah, ya Allah. Kadang malas berkomentar soal membandingkan sesuatu yang suci dan baik dengan suara hewan najis mughallazhah,†jelas dia dalam akun Twitter-nya @cholilnafis dikutip Kamis (24/2/2022). Menurut dia, pernyataan itu tidak layak disampaikan oleh seorang pejabat publik. Apalagi menyandang predikat sebagai menteri agama. Seharusnya tutur kata yang dilontarkan seorang pejabat publik kepada masyarakat dapat diperhalus. “Karena itu bukan soal kinerja, tapi soal kepantasan di ruang publik oleh pejabat publik,†jelasnya. Dirinya pun mendoakan agar Tuhan yang Maha Esa dapat mengampuni pernyataan tersebut. “Mudah-mudahan Allah mengampuni dan melindungi kita semua,†sampainya. (red)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: