Disdik Jawa Barat Cetak Generasi Muda Berkarakter dengan Jabar Masagi

Disdik Jawa Barat Cetak Generasi Muda Berkarakter dengan Jabar Masagi

jabar masagi penguatan karakter bagi generasi milenial.--

JABARDISWAYID- Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan Jabar, mengenalkan konsep Jabar Masagi kepada Sekolah SMA, SMK dan Pendidikan Khusus. Tim Jabar Masagi pun melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dengan sejumlah sekolah di Jawa Barat.

Kegiatan FGD itupun diikuti oleh sekolah di enam wilayah sekaligus yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Pangandaran.

Peserta yang hadir di antaranya kalangan pengawas sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, MKKS, OSIS, Komite Sekolah, budayawan dan Kandep. FGD tersebut pun diikuti dengan sangat antusias oleh para peserta. Mereka merespons dengan baik konsep Jabar Masagi itu.

BACA JUGA:Beasiswa 2023 Jawa Barat, Disdik Sediakan Kuliah Gratis Perguruan Tinggi

Erwan Nizwarudin, Tim Jabar Masagi menjelaskan, Pemprov Jabar melalui Tim Jabar Masagi yang di dalamnya dimotori Disdik Jabar sudah memiliki draf konsep Jabar Masagi atau naskah rasionalisasinya.

Pada kegiatan FGD ini, tujuannya mengenalkan sambil meminta masukan dari kalangan yang diundang. Sehingga diharapkan Jabar Masagi ini benar-benar menjadi konsep yang diterima, atau menjadi konsep kebutuhan akar rumput, bukan sekadar konsep di atas saja.

 “Mana yang kurang, mana yang harus diperbaiki, supaya ke depannya, Jabar Masagi ini memang sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan. Jangan hanya konsep di atas saja tapi memang pas,” tegasnya.

BACA JUGA:Program Stopper Disdik Jabar Antisipasi Perundungan di PPDB 2023

Seperti Apa Konsep Jabar Masagi?

Erwan menjelaskan, Jabar Masagi sederhananya adalah sebuah konsep pendidikan karakter yang disesuaikan dengan konteks Jawa Barat yang mengangkat nilai-nilai luhur atau kearifan lokal yang sudah tertanam di Jawa Barat.

Tujuan utamanya, dengan Jabar Masagi ini, Pemprov Jabar ingin menghasilkan generasi mendatang yang bisa harmonis antara dirinya sendiri, dengan sesama dan harmonis dengan lingkungan sekitar.

“Lalu bagaimana? Nah ada frame-nya sesuai dengan Jawa Barat, yaitu Surti, Harti, Bukti dan Bakti. Nah keempat ini harus harmonis,” jelas Erwan saat diwawancarai usai FGD didampingi Pengawas SMP Disdik Jabar, Reni Haerani yang juga Tim Jabar Masagi.

BACA JUGA:Wahyu Mijaya Sabet Penghargaan ''Anugrah Merdeka Belajar Dari Kemendikbud

Apa itu Surti, Harti, Bukti dan Bakti?

Erwan menjelaskan, konsep Surti sebagaimana dalam bahasa sunda artinya ada rasa tergugah ketika dengan sesama. Sementara Harti artinya paham, mengerti atau berbicara dalam konsep kognisi yang disesuaikan dengan zaman sekarang yaitu kritis, mindset dan lainnya.

“Lebih kepada, ketika anak Jawa Barat ketika memproses suatu pengetahuan informasi, cukup kritis,” jelasnya.

Sementara Bukti, ini sama artinya dengan Learning to do (belajar untuk melakukan). Artinya konsep yang sudah dimengerti atau dihapal itu tidak sebatas di tataran teori atau konsep saja. tapi apa yang sudah dimengerti dan dihafal itu harus dipraktekan dalam kehidupan.

BACA JUGA:Berantas Pungli di PPDB 2023, Disdik Jabar Terjunkan Tim Pantau di 27 Kota-Kabupaten

“Seperti kita hapal bahwa sampah harus dibuang ke tempatnya. Tapi tidak cukup dihapal saja, tapi bagaimana agar itu harus dipraktikkan. Jadi doing itu memang harus dilatih dengan gerak. Tidak cuma bicara atau dihapal saja,” jelasnya.

Nah barulah yang keempat, setelah surti, harti, bukti, yang keempat dan sangat penting juga adalah bakti. Bakti ini artinya konsep, pelajaran atau nilai-nilai yang sudah dihafal dan dipraktikkan itu, harus memberikan manfaat kepada sesama atau lingkungan.

“Artinya, tidak cukup untuk diri sendiri, tapi harus ada bakti. Bakti ini learning together (belajar bersama). Kita belajar bersama dengan menghargai budaya, menghargai perbedaan keyakinan, hidup bersama-sama dengan alam juga. Ya kuncinya adalah memberikan manfaat,” jelasnya.

BACA JUGA:Jadwal PPDB Jabar Tahun 2023 Tahap 2, Disdik Pastikan Aturan Tak Banyak Berubah

Keempat komponen ini, kata Erwan, tidak bisa dipisah-pisah, namun harus menjadi satu kesatuan. Artinya keempat komponen ini harus melekat dalam satu tubuh seseorang. Dan inilah yang akan ditanamkan kepada generasi penerus.

Kehidupan Dibagi Dalam Tiga Ruang

Lebih jauh Erwan menjelaskan, dalam kehidupannya, seorang manusia dibagi dalam tiga lingkungan. yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.

Karena itulah kemudian Pemprov Jabar melalui viisi Gubernur Jawa Barat dengan Jabar Masagi-nya ini, melirik salah satunya yaitu lingkungan sekolah sebagai sasaran Jabar Masagi.

BACA JUGA:Pendaftar PPDB Jabar 2023 Sudah Capai 47.500 Orang di Hari Pertama

“Kita ingin proses di sekolah jangan hanya menghasilkan anak pintar. Tapi konkritnya harus harmonis dengan dirinya sendiri, harmonis dengan sesamanya, dan harmonis dengan lingkungan sekitarnya,” kata Erwan.

Intinya bagaimana menciptakan lingkungan sekolah itu menjadi lingkungan yang menyenangkan. Membuat sekolah menjadi tempat yang mengakomodir semua keahlian siswa. Bukan hanya mengakui siswa yang pintar satu mata pelajaran tertentu saja.

“Mengakui segala keahlian, semua anak sekolah semua harus diakui. Harus dilibatkan karena sekolah bukan tempat mencetak anak ahli matematika saja,” katanya.

BACA JUGA:Inovasi Pemprov Jabar untuk Hadirkan Kemudahan di PPDB 2023

Kemudian konsep Jabar Masagi di sekolah juga adalah bagaimana menciptakan sekolah yang harmonis dengan lingkungan sekitar. Di sanalah konsep Bakti tadi dipraktekan. Sehingga sekolah jangan terkesan ekslusif, tapi harus membaur dan perduli terhadap lingkungan sekitar sekolah.

Jabar Masagi Lebih Melirik Kemampuan Soft Skill atau Pendidikan Karakter

Erwan juga menjelaskan bahwa area Jabar Masagi sebetulnya lebih kepada ruang soft skill. Jadi diharapkan seorang siswa tidak hanya pintar secara akademis atau secara kognisi saja. tapi area soft skill-nya ini juga harus diperhatikan.

Sebab ada hasil survei yang sangat menarik dari seorang ilmuan. Ditemukan bahwa dari 1.000 orang sukses, ternyata penentu kesuksesannya justru lebih banyak faktor nonkognisi, yaitu dari area soft skill.

Di antaranya adalah bagaimana cara dia bekerjasama dalam tim, bisa memanage tekanan, bisa gaul dan lain sebagainya. Itulah faktor terbesar penentu orang sukses. Ya walaupun faktor kognisi juga berperan di dalamnya. (ADV)***

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: