Mengenal Letkol Soeroto Koento, Hacker Radio Jepang yang Namanya Jadi Jalan di Karawang
ilustrasi gambar--
KARAWANG BEKASI DISWAY - Bagi warga Karawang sudah tak asing lagi mendengar nama Soeroto Koento atau Letkol Soeroto Kunto.
Letnan Kolonel Soeroto Koento lahir di 1921 atau 1922 adalah tokoh militer Indonesia yang terlibat dalam Revolusi Nasional Indonesia. Ia dinyatakan hilang pada tanggal 27 November 1946.
Sosok ini juga punya peranan penting dalam membantu kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam literatur sejarah, tak banyak yang diceritakan soal sosok tersebut. Namun, sejarawan asal Karawang, Sukirman paham betul soal sosok yang satu ini.
BACA JUGA : Nonton Kamen Rider Gotchard Episode 11 Sub Indo di Bstation
Soeroto Koento merupakan Komandan Resimen VI Cikampek Brigade III dari Divisi Siliwangi. Letkol Soeroto Koento kala itu mengemban amanah sebagai komandan resimen pada tahun 1946, ia mengemban tugas untuk menjalani perundingan dengan pihak sekutu.
Selain mengemban amanah tersebut, Soeroto Koento juga punya andil dalam peperangan saat Perang Dunia II. Dia sukses membobol pesawat radio milik Jepang.
"Selama masa Perang Dunia II Soeroto Koento terlibat andil dalam peperangan, salah satunya dia membobol pesawat radio yang dikuasai Jepang," ucap Sukarman saat ditemui di kediamannya, Desa Balongsari, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, belum lama ini.
BACA JUGA : Sinopsis dan Nonton The Communion Girl (2023) Sub Indo di Bstation
Sang pembobol atau yang sekarang lebih dikenal dengan hacker pesawat radio di wilayah kependudukan Jepang kala itu menjadi salah satu instrumen penting perlawanan tentara Republik terhadap penjajah.
"Kala itu Soeroto Koento dan Soebianto Djojohadikoesoemo, mahasiswa Sekolah Kedokteran atau Ikadaigaku berhasil membongkar segel radio itu, dari hasil pembongkaran radio itu, mereka dapat mengikuti perkembangan Perang Dunia II melalui siaran radio Sekutu," kata dia.
Soeroto Koento dan Soebianto yang memperoleh informasi menyerahnya Jepang kepada Sekutu, kemudian segera menghubungi rekannya di Markas Pusat Pembela Tanah Air (PETA) di Asrama Budi Kemuliaan Jakarta.
"Berbekal informasi dari Soeroto Koento, perwira PETA kemudian menemui Dan Yon PETA Abdoel Kadir, untuk merundingkan langkah yang harus diambil setelah menyerahnya Jepang," ungkapnya.
BACA JUGA : 7 Film Horor Indonesia Paling Menakutkan dan Mengerikan!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: