Menjaga Akal Tetap Sehat di Tengah Maraknya Ujaran yang Merusak Akal Sehat

Menjaga Akal Tetap Sehat di Tengah Maraknya Ujaran yang Merusak Akal Sehat

BAGI orang-orang yang berakal, khususnya yang berakal sehat, menjaga akal sehat adalah wajib. Salah satu cara menjaga akal sehat adalah tidak membaca atau mendengar ujaran-ujaran yang dapat merusak akal sehat. Dalam logika, ujaran destruktif yang mengancam akal sehat pendengarnya dikenal dengan istilah fallacy atau argumentasi sofistik. Penutur argumentasi sofistik memiliki dua kemungkinan: tidak menyadarinya, atau sadar dan memang sengaja menuturkannya untuk memperdaya pendengar. Di masa Sokrates, terdapat kaum Sofis. Sofis artinya ilmuwan. Namun makna sofis tereduksi oleh tingkah para ilmuwan tersebut. Dengan ilmunya (dengan argumentasi sofistiknya), mereka mengibuli masyarakat. Maka hingga kini, sofis berkonotasi negatif, yaitu para penganut argumentasi sofistik. Pola kerja argumentasi sofistik adalah filtering, juga framing. Yaitu menampilkan sesuatu tidak sebagaimana sesuatu itu sendiri, tapi sebagaimana kemasannya. Yang benar dikemas hingga tampak salah, yang salah dipermak hingga terlihat benar. Daya kecoh argumentasi sofistik akan semakin ampuh, bila disandingkan dengan argumentasi retorik. Terlebih lagi, jika dikemas dengan narasi religi dan disampaikan di tengah umat yang antusias bela agama, namun malas memahami agama dengan baik. Kata Ibn Rusyd, jika ingin menguasai orang-orang bodoh, bungkuslah sesuatu yang batil dengan agama. Terbukti, di tangan gerombolan sofis berjubah agamis, diksi-diksi itu berhasil menghipnotis sekumpulan orang-orang untuk melakukan hal-hal bodoh. Olehnya itu, bagi anda yang tidak cukup mahir dalam logika bab argumentasi sofistik, baiknya hindari mendengar ujaran-ujaran sofistik. Atau, cukup dengar tanpa keburu meyakininya, simpan sebagai bahan yang akan anda evaluasi kemudian. Bebaru ini, Rocky Gerung (RG) menuding Cokro TV sebagai kanal penebar islamfobia, dan Ade Armando sebagai buzzer istana. Ketimbang sebagai tokoh kritis, RG lebih tepat dikatakan sebagai neo sofis. Tapi, entah sofis yang tak sadar akan kesofisannya, atau sofis yang sengaja menuturkan narasi sofistik untuk tujuan politis. Saya tidak tahu. Menganiaya secara brutal orang yang diduga bersalah, tanpa terlebih dahulu mengadilinya, serta tidak dalam kondisi terdesak, adalah hal yang tidak dibenarkan kecuali bagi orang-orang bermental rimba. Terlebih lagi, jika korban tersebut sama sekali tak bersalah. Anehnya, sebagian orang berusaha merasionalisasi tindakan primitif tersebut dengan ragam alasan. Dari alasan psikologi massa, yurisprudensi yang diskriminatif, hingga argumentasi sofistik ala RG. Menjustis cokro tv sebagai kanal penebar islamfobia, serta AA sebagai buzzer istana, merupakan argumentum ad hominem berwajah fitnah. Tujuannya, mewajarkan penganiayaan brutal terhadap AA. Bukannya membantah gagasan-gagasan AA yang disuguhkan cokro tv, RG malah menyerangnya secara personal. Parahnya lagi, serangan personal (argumentum ad hominem) tersebut hanyalah fitnahan belaka. Persis seperti kaum kafir Quraish yang merespon ajaran Rasul Saw dengan menudingnya sebagai orang gila atau terkena sihir. Fallacy berjubah fitnah adalah sesat pikir plus sakit jiwa. Pertanyaannya, benarkah cokro tv Islamfobia, benarkah AA buzzer? Apakah yang dikuliti cokro tv adalah Islam, atau kelompok islam/pahaman keislaman tertentu? Apakah AA pro mutlak pada pemerintah, atau kadang pula mengkritisinya? Anggaplah cokro tv islamfobia dan AA adalah buzzer, lantas apakah itu dapat dijadikan legitimasi brutalitas bertopeng religiusitas? Sebenarnya, tingkah rimba segerombolan orang bermental primitif yang tampak islami, perlahan namun pasti berhasil menanamkan ketakutan yang salah sasaran (islamfobia). Salah sasaran, sebab yang mestinya diwaspadai adalah kelompok Islam tertentu, bukan Islam itu sendiri. Jadi, faktor utama islamfobia adalah perilaku barbar sebagian penganut dan kelompok Islam yang didasarkan pada tafsiran toxik terhadap ajaran islam. Tapi liciknya, RG mengalamtkannya pada media dan orang yang justru getol menghilangkan islamfobia dengan mengkritisi narasi-narasi dari kelompok Islam barbar tersebut. Hebat bukan. (Alfit Lyceum/Republik Sofiah/fb)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: