Ayat dalam Al Qur’an tersebut yang mengisahkan peristiwa di mana Fir’aun meminta Haman mendirikan menara bersesuaian sempurna dengan penemuan purbakala ini. Melalui penemuan luar biasa ini, sanggahan-sanggahan tak beralasan dari para penentang Al Qur’an terbukti keliru dan tidak bernilai intelektual.
Secara menakjubkan, Al Qur’an menyampaikan kepada kita pengetahuan sejarah yang tak mungkin dimiliki atau diketahui di masa Nabi Muhammad SAW.
Hiroglif tidak mampu dipecahkan hingga akhir tahun 1700-an sehingga pengetahuan tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya di masa itu dari sumber-sumber Mesir. Ketika nama “Haman” ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno tersebut, ini menjadi bukti lagi bagi kebenaran mutlak Firman Allah. ***
Saat ini video pernyataan Cak Nun yang mengkritik keras Presiden Jokowi, Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) dan keberadaan para Taipan di lingkar kekuasaan itu beredar luas di berbagai akun medsos.
“Hasil pemilu itu mencerminkan tingkat kedewasan dan tidak kedewasaan rakyat. Algoritma Pemilu 2024, karena sudah ada menang sekarang ini, karena Indonesia dikuasai Firaun yang namanya Jokowi, Qorun yang dikuasai Anthony Salim berserta 10 Naga, Haman yang namanya Luhut,” kata Cak Nun.
Dikatakan Cak Nun, Indonesia sudah dipegang Jokowi, Luhut dan para taipan termasuk otoritasnya.
“Sekarang ini Indonesia sudah dipegang semua. Dari alat politik sudah dipegang sampai otoritasnya,” ujarnya.
BACA JUGA:Ini Stok Pupuk Subsidi Wilayah Jabar, Banten dan DKI Jakarta
Cak Nun menyebut para pemangku stakeholder terlalu sibuk dengan ‘bancana’ yaitu tipu daya. Sehingga, jika terjadi bencana alam seperti banjir maupun longsor, para warga maupun stakeholder malah menyalahkan alamnya.
Hal itu menurut Cak Nun salah. Sebab sebetulnya, terjadinya bencana itu sudah diketahui oleh para stakeholder yang ada di Indonesia.
Sehingga seharusnya mereka dapat memberikan imbauan atau pemberian keputusan secara Preventif kepada penduduk Indonesia.
Ia lalu menyebut hal itu sebagai bentuk ketidakdewasaan para stakeholder Indonesia. Cak Nun kemudian mengatakan hal ini tidak akan pernah berakhir hingga 2024 nanti. Sebab, keinginan untuk mengurangi ‘bancana’ menurutnya tidak ada.
Cak Nun juga menuturkan seharusnya pemerintah yang mengurus Tanah Air dan rakyatnya.
Namun menurut Cak Nun para pemerintah itu malah lebih berfokus pada kekayaan dan pendapatannya sendiri.