BACA JUGA:Jelang Peringatan Harlah Pancasila, Pemda Terus Matangkan Persiapan Upacara 1 Juni di Blok Rokan
Ketika mengisi formulir di kampus beberapa waktu lalu, Haritz diminta mencantumkan pendapatan orangtuanya. Dengan pekerjaan itu, Haritz lantas mencantumkan gaji orangtuanya sebesar Rp2 juta per bulan. Selanjutnya, setelah proses seleksi berlangsung, Haritz lantas tercantum sebagai calon mahasiswa dengan nominal UKT kategori lima yakni sebesar Rp5,4 juta. Kendati terbilang rendah bagi sebagian orang, nominal tersebut rupanya cukup memberat bagi Haritz dan keluarga.
Dia beserta kedua orangtuanya sempat mengusahakan untuk bisa membayar UKT, mulai dari menambah jam kerja hingga berusaha meminjam uang ke saudara maupun kerabat dekat. Hanya saja, usaha tersebut belum membuahkan hasil.
“Ya memang kadang untuk makan saja pinjam dulu ke tetangga, tapi saya dan orangtua sempat usaha ke sana, ke mari, tambah-tambah pekerjaan. Tapi belum berhasil, padahal kalau dibilang ingin mah jelas ingin sekolah lagi, kuliah,” ucap dia.
Belakangan, ada salah seorang dermawan yang menemui Haritz dan bersedia membayar UKT. Namun, lagi-lagi kisah beruntung dihadapi Haritz.
BACA JUGA:GSI 2024, Pemkab Purwakarta Dorong Minat, Bakat dan Kreativitas Pelajar
Lantaran saat hendak membayar UKT, batas pembayarannya telah ditutup. “Jadi link-nya itu tidak bisa dibuka lagi, kedaluwarsa. Jadi bingung juga mau ke mana. Harapan mah tentu, siapa yang enggak mau sekolah lagi,” ucap dia.
Sang ayah, Joko mengatakan, Haritz merupakan anak yang rajin belajar dan selalu berprestasi di sekolah. Dia sangat aktif berkegiatan namun tidak lupa menjalani kewajibannya belajar di rumah. Tidak jarang Haritz membantu dirinya bekerja serabutan. Akan tetapi, Joko pun mengaku sedih lantaran cita-cita yang anak untuk kuliah terbentur keadaan.
“Saya merasa kepikiran terus dan sedih anak ingin banget belajar melanjutkan kuliahnya, tapi saya belum memiliki uang untuk membayar UKT sebesar segituh. Terus ada yang bantu juga ternyata sudah ditutup, jadi tambah bingung. Semoga ada jalan keluarnya seperti apa. Namanya orangtua, terus usaha sambil doa biar jadi yang terbaik,” ucap dia. (har)