KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - DPP Lembaga Masyarakat Indonesia (LAMI) menyoroti Haritz Muzaki, seorang anak tukang galon keliling terpaksa mengurungkan niatnya untuk kuliah di Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) akibat mahalnya uang kuliah tunggal (UKT) dan tidak sanggup membayar UKT.
Koordinator LAMI, Suganda mengatakan tak boleh ada calon mahasiswa baru yang tidak bisa melanjutkan pendidikan karena kenaikan uang kuliah tunggal atau UKT. Menurut dia, asas keadilan dan inklusivitas harus dikedepankan agar UKT yang diberlakukan sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga peserta didik.
"Kami dari LAMI sangat prihatin dan kecewa terhadap Unsika akibat kebijakan UKT tersebut membuat Calon Mahasiswa Haritz yang diterima di Unsika harus gagal kuliah. Seharusnya pihak kampus senantiasa membuka ruang diskusi dan mencarikan solusi agar calon mahasiswa tidak boleh gagal kuliah akibat kesulitan membayar uang kuliah tunggal (UKT)," kata Suganda, Senin, (27/5).
Terang dia, keterbatasan waktu dan tidak adanya dialog terhadap calon mahasiswa membuat Haritz gagal kuliah di Unsika, padahal dia ingin sekali melanjutkan pendidikannya. Bahkan seharusnya kampus transparan dan berkeadilan memverifikasi calon mahasiswa yang diterima masuk golongan UKT.
BACA JUGA:Apresiasi Partner Bisnis, Sharp Gelar Dealer Convention 2024 Libatkan Masyarakat Labuan Bajo
"Kami dari LAMI meminta pemerintah bertanggung jawab dengan membantu calon mahasiswa yang gagal kuliah karena biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT),
Seharusnya pihak kampus bisa menyediakan ruang banding UKT bagi calon mahasiswa baru yang tidak sanggup untuk membayar UKT. Jangan sampai ada mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan finansial gagal untuk masuk perguruan tinggi," katanya.
"Setiap pengajuan banding atau sanggahan terhadap UKT juga harus ditindaklanjuti secara transparan dalam waktu satu minggu agar hasil banding bisa segera diketahui," sambungnya.
Menurut dia, terhadap hasil banding UKT ini, PTN harus memberikan keringanan cicilan pembayaran terhadap UKT dan potongan UKT dengan presentase tertentu agar orangtua mahasiswa baru bisa tetap melakukan pembayaran dengan lancar.
BACA JUGA:Job Fair, Tekan Pengangguran Terbuka hingga Tingkatkan Investasi Purwakarta
"Oleh karena itu Pemda dan DPRD agar peduli terhadap pendidikan dan evaluasi kebijakan rektorat Unsika tersebut, seharusnya pemerintah dan kampus memberikan kesempatan kepada semua warga negara untuk bisa berkuliah, termasuk bagi warga yang kurang mampu seperti Haritz ini," tandasnya.
Dikabarkan sebelumnya, Kisah sedih harus dialami Haritz Muzaki (17), calon mahasiswa asal Desa Muktiwari, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi. Mimpi besarnya untuk kuliah kandas lantaran tidak mampu membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) di perguruan tinggi negeri di Karawang.
Haritz mengaku sebelumnya telah mengikuti ujian masuk di Universitas Singaperbangsa Karawang. Setelah keluar hasilnya, alumnus Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tambelang itu dinyatakan lulus. Namun, hasil itu tidak serta membuatnya melenggang mulus menjadi mahasiswa karena tidak mampu membayar UKT.
"Alhamdulillah saya diterima PTN Unsika Karawang, saya pengin lanjut belajar dengan kuliah. Tapi orangtua belum sanggup membayar UKT," katanya, Senin, 14 Mei 2024. Haritz merupakan anak dari seorang buruh mengangkut galon isi ulang di Bekasi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terkadang dirinya harus membantu keluarga dengan mencari botol air mineral bekas di jalanan.