Jaring Tak Terlihat di Tengah Ombak: Nelayan, Laut, dan Rasa Aman
Jaring Tak Terlihat di Tengah Ombak: Nelayan, Laut, dan Rasa Aman.--karawangbekasi.disway.id
KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - Pagi itu, laut di Perairan Tangkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, masih seperti lembaran kain biru yang belum tersentuh angin. Di tepinya, Admo—nelayan 39 tahun yang kulitnya digurat matahari—menyiapkan jaring sambil memeriksa tabung angin yang menjadi sahabat sekaligus penopang nyawanya ketika menyelam.
"Dari penyuluh, saya mendapat informasi tentang BPJS Ketenagakerjaan," tuturnya lembut, Jumat (7/11), seolah takut suaranya mengusik ketenangan laut. "Pada 2024, saya mulai mengikuti program JKK dan JKM."
Bagi Admo, keputusan itu bukan sekadar urusan kertas. Itu seperti menambatkan jangkar di hati yang selama ini terombang-ambing oleh kecemasan.
Admo adalah nelayan jaring ikan, namun di Tangkolak, profesi jarang berdiri sendiri. Nelayan hidup dari apa yang laut beri—dan laut tidak pernah berjanji. "Pendapatan kami tidak menentu," tuturnya. "Kadang dapat, kadang tidak. Kami juga bekerja berkelompok, saling bantu."
Untuk menambah penghasilan, Admo juga menyelam mencari ikan. Di musim cuaca bagus, rezeki datang bersama tenangnya ombak. Tapi ketika musim hujan tiba dan ombak mengangkat tubuhnya setinggi rumah panggung di pesisir, mereka tidak turun melaut. Hari-hari seperti itu—tanpa tangkapan, tanpa suara mesin perahu—adalah hari-hari panjang bagi keluarga nelayan.
Risiko sebagai penyelam pun sering mengintai. Suatu kali, di kedalaman sunyi, Admo pernah merasakan udara habis sebelum waktunya. Tekanan air memeluk tubuhnya kencang, dan dalam detik-detik menegangkan itu ia hanya memikirkan satu hal: "Pulangkah aku hari ini?"
Tapi takdir masih memihak. Ia kembali ke permukaan, menggenggam hidup yang nyaris terlepas.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: