Masyarakat Diminta Waspada, Minyak Goreng Curah ‘Disulap’ Jadi Kemasan
KARAWANG - Mendekati bulan suci ramadan, harga sejumlah bahan pokok di pasar tradisional di Karawang mulai naik secara perlahan. Ibu rumah tangga mau pun pengusaha kuliner pun mulai dibuat pusing. Kenaikan harga yang paling signifikan terjadi pada minyak goreng kemasan. Setelah hampir dua bulan di subsidi pemerintah, jelang ramadan justru HET minyak goreng kemasan di cabut. Sehingga harganya kembali melambung karena mengikuti harga minyak sawit internasional. Mahalnya harga minyak goreng kemasan di pasaran saat ini. Diduga dimanfaatkan oknum pedagang nakal, yang mengubah minyak goreng curah menjadi minyak goreng kemasan. "Tentu perbedaan jauh harga itu harus diwaspadai ada kecurangan dengan mengubah minyak goreng curah menjadi kemasan," kata Kepala Bidang Perdagangan pada Disperindag Karawang, Gery Samrodi, Sabtu (19/3) kemarin. Saat ini, harga minyak goreng kemasan dibanderol Rp. 24.100 per liter dan Rp. 47.800 untuk kemasan dua liter. Berbanding terbalik dengan harga satu liter minyak goreng curah yang hanya Rp. 14.000 per liter. Gery menjelaskan, pihaknya akan melakukan pengawasan bersama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Untuk melakukan pengecekan terhadap seluruh produsen maupun distributor yang ada di Kabupaten Karawang. "KAMI akan melakukan pengecekan terhadap produsen maupun distributor. Jika ditemukan tentu kami akan melakukan tindakan secara tegas," tegasnya. Fenomena tingginya harga minyak goreng kemasan, lanjut Gery, disinyalir bakal meningkatkan permintaan minyak goreng curah di pasar. Pasalnya, harga minyak goreng jauh lebih murah jika dibandingkan dengan minyak goreng kemasan. Disinggung soal kemungkinan terjadi kelangkaan minyak goreng curah saat ramadan. Gery memastikan, Disperindag Karawang bakal terus melakukan pengawasan untuk memastikan ketersediaan stok minyak goreng curah di pasar. "Tentu kebijakan ini akan berdampak pada konsumen yang mungkin saja beralih ke minyak goreng curah. Dikarenakan perbedaan harga yang cukup signifikan antara minyak goreng curah dengan kemasan, kita akan awasi untuk pastikan stoknya aman," jelasnya. Tingginya harga minyak goreng jelang bulan suci ramadan, berimbas juga pada merosotnya omset pengusaha kuliner. Mereka menyebut, menaikan harga jual barang dagangannya bukan pilihan yang baik ditengah persaingan usaha yang sangat ketat. Namun, jika tidak menaikan harga. Mereka mengaku tak bisa meraup keuntungan lebih dari usahanya. Seperti yang dialami Deni Ramdani, pedagang gorengan di Kecamatan Majalaya. Dia mengaku, sudah tiga hari ini mengalami kerugian besar akibat barang dagangannya tidak laku. Hal itu terjadi karena banyak tukang gorengan diwilayahnya yang menaikan harga jual. "Biasanya dijual seribuan, sekarang lima ribu empat. Ada juga yang jual lima ribu tiga, itu yang bikin konsumen pada kabur," keluhnya. Saat ditanya soal dugaan kecurangan penjual minyak goreng curah yang dibuat jadi kemasan. Deni mengaku sangat perihatin dan menyayangkan jika dugaan tersebut benar adanya. "Kalau benar sih itu keterlaluan sekali ya, kita rakyat kecil sampai rugi juga tetap dagang. Tapi di atas malah berbuat curang demi keuntungan," kesalnya. Fenomena lain terjadi di sejumlah minimarket dan supermarket besar di Karawang. Sebelum HET minyak goreng kemasan di cabut. Hampir semua ritel tidak menjual minyak goreng kemasan. Namun, setelah HET itu dicabut rak-rak di ritel itu kembali dipenuhi minyak goreng kemasan. "Kemarin waktu masih murah susah sekali cari minyak, sekarang tiba-tiba banyak," kata Pramita Rohaeni, ibu rumah tanggal asal Kecamatan Majalaya. Dia mengaku, sudah mengelilingi dua ritel besar di Karawang. Hampir semua minyak goreng kemasan dibanderol hampir Rp. 50 ribu untuk kemasan dua liter. Harga ini jaug lebih mahal bahkan sebelum ada subsidi dari pemerintah. "Harapannya sih harganya kaya dulu lagi deh. Ga harus Rp. 14.000 per liter juga ga masalah, asal masih terjangkau," keluhnya. Pengunjung lain, Soleh mengaku tak jadi membeli minyak goreng kemasan pesanan istrinya karena dianggap terlalu mahal. Dia mengaku tak sendirian, ada beberapa pengunjung ritel yang hanya mondar mandir depan rak minyak goreng namun tak jadi membeli. "Niatnya mau beli minyak goreng kemasan mumpung lagi ke sini. Lihat mahal gini ga jadi ah, habisin yang di rumah dulu," pungkasnya. (wyd/mhs)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: