Menyusuri Bukit 'Intan' di Jangkat Merangin, Kawasan Penghasil Biji Kopi Robusta

Menyusuri Bukit 'Intan' di Jangkat Merangin, Kawasan Penghasil Biji Kopi Robusta

Pemilik merek Gandasari Coffee Eni Wartuti foto bersama dengan petani pemilik kebun Kopi Robusta di Desa Tanjung Mudo, Jangkat Timur, Merangin, Selasa (28/2/2023) --

MERANGIN,Karawangbekasi.disway.id - Suasana sejuk mirip kawasan Puncak, Jawa Barat, mulai terasa ketika memasuki wilayah Jangkat Timur, kawasan paling barat Provinsi Jambi yang kerap disebut 'Bukit Intan' di wilayah Merangin.

Terletak di ketinggian sekitar 1200 Meter diatas permukaan laut (Mdpl) sepanjang jalan akan disuguhi pemandangan perkebunan kopi di kanan kirinya ada juga komoditi kayu manis, sayuran dan tanaman lainnya. Hingga muncul anggapan ketika menyusuri kaki Gunung Mesurai itu seolah berada di 'Bukit Intan'.

Memiliki wilayah yang subur dipenuhi perkebunan kopi dan kayu manis, tak salah tentunya jika kawasan Jangkat mendapat julukan 'bukit Intan'. Biji kopi Robusta dengan kualitas wahid, mampu merubah perekonomian masyarakat Jangkat.

BACA JUGA:Inspiratif, Aprison Petani Muda Asal Jangkat Timur Sukses Jadi Pebisnis Biji Kopi Robusta

Warga Jangkat Timur, menganggap perkebunan kopi sebagai Intan tersembunyi di Merangin, karena telah menopang kehidupan mereka. Melalui hasil kopi mereka bisa menyekolahkan anaknya hingga Perguruan Tinggi, menjadi dokter, hingga militer seperti TNI - Polisi dari hasil perkebunan Kopi.

"Alhamdulillah, melalui kebun kopi, kayu manis, kami tidak hanya bisa menyekolahkan anak. Tapi juga bisa pergi ibadah ke tanah suci,"ungkap Ibu Susi, salah satu petani saat dijumpai di perkebunan Kopi di Desa Tanjung Mudo, Jangkat Timur, di kaki gunung Masurai, Merangin, Selasa (28/2/2023).

BACA JUGA:Tumpahan Aspal Mentah Cemari Perairan Nias

Dikatakan Susi, budidaya kopi di wilayah Tanjung Mudo, Jangkat Timur menjadi penghasilan utama hampir 70 persen warga setempat. Merawat dan menjaga alam cara mereka mempertahankan agar biji kopi Robusta berkualitas dan diterima di pasaran.

Menurutnya perkebunan kopi yang dibudidayakan diuntungkan dengan kondisi alam. Kopi Robusta dianggap paling cocok di wilayah Jangkat, sehingga petani kopi tak perlu memberi pupuk pada tanamannya tapi kualitas kopi tetap terbaik dan bersaing dengan daerah lain di Indonesia sebagai kopi herbal istilah kekinian.

BACA JUGA:Banjir Kepung Kota Bekasi Komplek Perkantoran Parpol Ikut Terendam

"Kopi Jangkat, dikirim ke berbagai wilayah seperti Lampung dan Medan, hingga ke wilayah Pulau Jawa. Perkebunan Kopi di Jangkat setiap hari panen, karena ada istilah petik buah penyelang sehari bisa ratusan kilo, selain panen raya," ungkap Susi pemilik puluhan hektar perkebunan Kopi.

Salman Kepala Desa Rantau Suli, Kecamatan Jangkat Timur, Kabupaten Merangin, mengakui bahwa wilayahnya diuntungkan dengan geografis atau faktor alam sehingga konsistensi panen tanaman kopi oleh petani terjamin setiap bulannya.

BACA JUGA:Kasus Mantan Camat Cabul Berlanjut, Pelaku Ditahan di Polrestro Bekasi Kota

"Kopi Jangkat ini ada istilah masa agung atau panen raya. Tapi ada istilah panen sela dari buah penyelang sehingga konsitensi hasil panen terjaga. Ini mungkin yang membedakan dengan daerah lain baik di Sumsel atau Lampung,"ungkap Salman.
Menurutnya semua lahan pertanian di wilayah Jangkat dimiliki oleh pribadi dikelola oleh warga termasuk di Desa Rantau Suli. Satu kepala keluarga jelasnya minimal memiliki 2 hektar perkebunan kopi.

"Untuk Desa Rantau Suli, Jangkat Timur sendiri satu KK, rata-rata memiliki perkebunan 2 hektar. Bisa saja ditanam kopi atau kayu manis, perkebunan kopi dan kayu manis hampir sama jumlahnya," paparnya.

BACA JUGA:Belajar dari Internet, Pria Pengangguran di Bekasi Produksi Tembakau Sintetis

Namun demikian selama ini masyarakat petani kopi masih bertani dan menjual secara mandiri. Belum ada pengelolaan untuk pemasaran. Kades Salman menyebut petani kopi masih mencari pembeli yang terbaik seperti pengepul atau istilah setempatnya disebut 'Toke'.

"Desa Rantau Suli, Jangkat ini ada 514 kepala keluarga (KK) rata-rata memiliki lahan 2 hektar. Dalam satu hektar saat panen raya mengeluarkan kopi mencapai 2 ton. Setahun panen raya bisa dua kali, belum kayu manis sebagai penghasil utamanya,"ungkapnya.

Dengan besarnya potensi kopi di wilayah Jangkat, Merangin ada harapan kopi Jangkat bisa mendunia setidaknya bisa menyumbang nasional. Selama ini Kopi dikirim ke Medan dan Lampung, lalu yang punya nama daerah itu.

BACA JUGA:Hiu Berjalan Ditetapkan Sebagai Jenis Ikan Dilindungi Penuh

Lebih jauh dia mengharap ada pengusaha daerah terutama dari Jangkat, bisa membangun bisnis kopi dari hulu sampai hilir hingga memberikan kepastian harga bagi petani kopi.

"Sebenarnya harus ada pengaturan harga, istilahnya ada harga dasar terendah untuk kopi di Merangin. Sehingga petani bisa lebih terjamin. Karena selama ini petani, ikut arus ketika harga kayu manis tinggi maka mereka mencoba menanam kayu manis, begitu seterusnya,"ucapnya.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: