Ngelancong, Tradisi Mauludan di Kampung Adat Kranggan yang Masih Dilestarikan

Ngelancong, Tradisi Mauludan di Kampung Adat Kranggan yang Masih Dilestarikan

Ngelancong, Tradisi Mauludan di Kampung Adat Kranggan yang Masih Dilestarikan sampai sekarang--

BACA JUGA:Pj Wali Kota Bekasi Jadi Pembina Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila

Setelah doa selesai semua akan berebut, ngalap berkah itu ditanggal 12, pada pukul 12.00 WIB ba’da solat zuhur. Dan malamnya disambung dengan membersihkan benda pusaka atau sejarah. Kemudian pada malam Rabu hari puncak 14 mauludan, akan kembali berebut makan bersama.

Untuk malam terakhir, atau malam ke-14, dimaknai  memperingati hijrahnya Nabi Muhmmad SAW dari Mekah ke Madinah selama 14 hari. Ditutup dengan doa, lalu akan ada kegiatan rebutan makan. Setelah kegiatan puncak selesai, baru ada pensucian dari para pengikut di Kranggan yang biasa disebut Buhun.

Terjaganya budaya leluluhur di Kranggan tidak lain untuk mempersatukan. Budaya tidak mementingkan kepentingan agama, golongan atau kelompok apapun. Budaya tumbuh dan berkembang sejak dulu kala. 

BACA JUGA:Fakta Baru, Izin Pabrik Bakso di Jatirangga Diduga Tak Terdaftar?

“Budaya memiliki keluhuran, sehingga orang Kranggan selalu mempertahankan adat dan budayanya “Nutur galur mapai tapak”,”pungkasnya.***

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: