Yesa Sarwedi: Menjadi SMK yang Mandiri Melalui Teaching Factory

Yesa Sarwedi: Menjadi SMK yang Mandiri Melalui Teaching Factory

Yesa Sarwedi, Sekretaris Dinas Pendidikan Jawa Barat.--

Jabar, Disway.id- Pembelajaran "Teaching Factory" adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Implementasi teaching factory di SMK dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan kompetensi yang dihasilkan oleh SMK.

Pelaksanaan teaching factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan teaching factory juga harus melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.

Sekretaris Dinas Pendidikan Yesa Sarwedi Menjelaskan, Teaching factory merupakan pembelajaran produksi yang merupakan framework bagi peserta didik bagi pendidikan vokasi di masa depan. Memiliki potensi menjadi pendekatan belajar yang lebih efisien dan efektif jika menjadi bagian dari konteks pendidikan, juga menyiapkan lulusan SMK yang adaptable terhadap perubahan dunia untuk menjadi lulusan yang dapat bekerja, melanjutkan, dan berwirausaha. Mengubah paradigma dari push menjadi pull.

BACA JUGA:SMK Peternakan Negeri Lembang Gelar Vet & Food Festival 2023

Artinya, paradigma SMK yang dulunya hanya mendorong untuk mencetak lulusan tanpa memperhatikan kebutuhan pasar kerja, berganti menjadi paradigma mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan pasar kerja. Mulai dari budaya kerja dan kompetensi yang diperlukan dalam pasar kerja dan menariknya ke dalam SMK untuk disusun kurikulum SMK yang diselaraskan dengan kurikulum industry, Ujar Yesa Sarwedi.

Manfaat strategi implementasi revitalisasi pengelolaan teaching factory adalah:

Tercapainya tujuan SMK dalam upaya penciptaan atau pembentukan; SDM yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan fasilitas, dan biaya-biaya operasional SMK serta peningkatan kesejahteraan. Menumbuhkembangkan jiwa entrepreneurship guru dan peserta didik.

Mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri peserta didik SMK melalui kegiatan produksi.

Menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia usaha dan industri serta masyarakat lain atas terbukanya fasilitas untuk umum dan hasil produksinya.

BACA JUGA:“Sekolah Lapang Warisan Budaya”, Ajak Siswa di Jawa Barat Cintai Budaya

Penerapan model pembelajaran teaching factory dapat menjadi salah satu inovasi pembelajaran di sekolah untuk pengembangan kompetensi guru dan peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran model teaching factory melibatkan industri mitra dengan memanfaatkan unit produksi sebagai salah satu bentuk pengembangan usaha di sekolah.

Penerapan teaching factory secara optimal di SMK diharapkan mampu mengembangkan kompetensi peserta didik sesuai karakteristik kebutuhan dunia industri. Karena, melalui model teaching factory, peserta didik tidak hanya sekadar belajar menguasai sebuah kompetensi, tetapi juga dapat menghasilkan keuntungan dari penjualan produk/jasa dari kegiatan praktik pada unit produksi tertentu.

Program teaching factory yang ada di SMK jika dikelola dengan baik dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan SMK, baik dari sisi peningkatan kompetensi lulusan maupun sebagai strategi pendanaan di SMK.

BACA JUGA:Pelantikan Taruna Baru Angkatan XXII SMKAN 2 Subang, Wahyu Mijaya: Jadilah Individu Yang Lebih Baik

Dari hasil evaluasi pelaksanaan, teaching factory selain memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan mutu lulusan, juga berkontribusi terhadap penyediaan dana operasional sekolah. Sudah banyak sekolah yang memperoleh manfaat dari keberadaan teaching factory dalam mendukung pembiayaan operasional sekolah, meskipun saat ini kontribusi terhadap biaya opersional sekolah masih kecil. Namun, ke depan teaching factory di SMK sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi model strategi pembiayaan.

Penerapan teaching factory memerlukan perencanaan yang sistematis agar dapat berjalan sesuai kebutuhan sekolah dan industri untuk mengarah pada tahapan-tahapan yang sesuai dengan prosedur pelaksanaan teaching factory.

Untuk membuat prioritas dalam perencanaan sebuah produk/jasa yang akan dilaksanakan dalam teaching factory di SMK, dapat dilakukan melalui proses analisis kondisi dan potensi sekolah saat ini dan yang akan datang. Dengan menerapkan pembelajaran teaching factory diharapkan akan meningkatkan kompetensi lulusan SMK yang relevan dengan kebutuhan industri/jasa sehingga akan berdampak pada penguatan daya saing tenaga kerja dan industri di Indonesia.

BACA JUGA:Disdik Jabar Terima Dua Mobil stargazer dari PT Hyundai untuk Kompetensi Keahlian TKRO

Dengan demikian, melalui konsep pembelajaran berbasis industri atau yang dikenal dengan teaching factory ini menjadi hal paling fundamental dalam mempersiapkan lulusan SMK yang siap bekerja sesuai kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) serta mengurangi angka pengangguran. Para peserta didik juga dituntut mandiri, kreatif, dan inovatif sehingga ke depan mereka mampu berwirausaha dan bersaing dengan DUDI, bahkan melampauinya.(ADV)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: