Di usianya yang mengijak kepala enam, Budi Setiawan (60) masih eksis keliling daerah menggeluti hobinya sebagai seniman mural. Teranyar dia ikut festival mural 234 SC Karawang dalam rangkaian HUT Karawang ke 389. RIZKI ANDIKA, Karawang  BERANJAK 60 tahun, Budi Setiawan atau dikenal dengan Babeh Budi masih semangat memural atau menggambar di tembok. Berbagai ajang mural pun pernah diikutinya dari lokal maupun nasional. Babeh Budi (60) lahir di Garut sudah sejak kecil senang menggambar dari medium kertas, kanvas hingga tembok. Dari kegemarannya Budi banyak mengikuti ajang perlombaan mural di berbagai daerah. Hal yang disukainya dalam memural yakni bertemu dengan berbagai pemural di berbagai daerah. Selain itu, pengalaman lainnya yakni saat dikejar Satpol PP saat menggambar di tembok di daerah Cipinang deket rel kereta. “Dulu itu pada tahun 1990 tidak ada istilah mural dikenalnya gambar dinding, dan dulu itu gambar di tembok-tembok jalan sampai pengalaman yang tidak dilupakan saat dikejar Tibum (atau kini dikenal Satpol PP) di Cipinang deket rel kereta api,†kata Babeh Budi saat ditemui di festival mural 234 SC Karawang dalam rangkaian HUT Karawang ke 389, Minggu (25/9). Budi juga mengungkapkan sudah ratusan gambar dibuatnya. Dari sejak awal gambar tembok di Jakarta hingga tembok-tembok di daerah pinggiran ibu kota. “Sejak tahun 80’an hingga 90’an sudah ratusan gambar dibuat di tembok entah itu di jalan juga di berbagai media dan berbagai acara di daerah,†kata Kakek yang baru punya cucu satu ini. Selain itu, ia mengatakan pernah membuat gambar dari ukuran kecil hingga paling besar sampai memanjang hingga 15 meter. “Paling besar itu ukuran 5X15 meter itu di Pulokalapa,†terangnya. Kendala memural diungkapkannya soal ketinggian dan juga jenis tembok. “Jadi paling kendala yang sering ditemui itu jika gambar dengan tembok yang tinggi, lumayan agak berat tapi Alhamdulillah dulu pernah di Jatinegara sampai pakai 5 scaffolding,†ucap bapak yang punya 4 anak ini. Bebah Budi yang tidak lulus kuliah di jurusan hukum ini, juga mengajar di sembilan sekolah di Jatinegara dan Kalimalang. “Sekarang saya juga mengajar di TK, SD dan SMP dulu itu sampai 9 sekolah karena covid sekarang jadi 3 sekolah,†terangnya. Kegemarannya. menggambar mengantarkan kenekatannya keliling jawa dari Jakarta ke Jawa Tengah dengan berjalan kaki. “Terus saya pernah jalan kaki dari Jakarta ke Jawa Tengah untuk menguji gambar di kertas juga untuk silaturahmi dengan berbagai seniman di kota yang saya lewati,†ungkapnya. Saat jalan kaki banyak hal yang ia dapatkan khususnya karakter masyarakat yang ditemui. “Saya senang jalan kaki, bisa fokus melihat objek juga mudah membaur dengan masyarakat dengan berbagai kulturnya,†tandasnya. Di acara yang saat ini diikuti yakni ‘Festival Mural Karawang’ ia tidak terlalu berharap menang dan menjadi juara. Namun bisa bertemu dan berpartisipasi adalah tujuannya. “Kalau saya tidak terlalu pusing soal menang atau tidak yang penting bisa berpartisipasi di acara kawan dan juga bersilaturahmi,†katanya. Sementara itu, koordinator acara Medi mengatakan kegiatan festival mural Karawang diikuti 30 peserta mural dari berbagai daerah, dan bagi terbaik akan mendapatkan apresiasi dari Bupati Karawang. “Penyelenggaran festival mural ini dibuat oleh 234 SC Karawang bekerja sama dengan Pemkab Karawang diikuti oleh 30 pemural di berbagai daerah ada dari Jakarta, Depok, Bekasi, Cikarang dan Karawang nantinya bagi yang terpilih muralnya akan diberikan apreasiasi berupa uang pembinaan dari Bupati Karawang,†tandasnya.
Kisah Hidup Babeh Budi dari Tembok ke Tembok, Seniman Mural yang Tetap Bersemangat di Usia Senjanya
Senin 26-09-2022,01:20 WIB
Editor : redaksimetro01
Kategori :