“Tapi, Piala Dunia Qatar 2022 menjadi bukti sahih Messi masih ‘hidup’. Main penuh pesona dan menyihir milyaran penggila bola,” sebut Adi.
BACA JUGA:Aquarium Pangandaran Jadi Destinasi Baru Libur Nataru di Kota Nelayan Kecil
Messi fokus main bola. Tak seperti yang lain sibuk urusan kampanye ‘ban kapten pelangi’. Atau sibuk bicara politik. Bagi Messi sepak bola ya olahraga. Bukan urusan yang lain.
Adi mengaku menyukai cara Ronaldo, Neymar, Mbappe, Haland, Benzema, bermain bola.
BACA JUGA:Munas ke-3 Granat, Henry Yosodiningrat Terpilih Aklamasi Ketua Umum
“Tapi kesukaan ke mereka tak ideologis. Mereka rata-rata berpostur memadai soalnya,” tuturnya.
Sementara kesukaan ke Messi, kata Adi, rada ideologis. Posturnya yang kecil bisa mengubah mitos bahwa sepak bola bukan urusan tinggi dan kekar badan. Bukan urusan negara maju, berkembang, dan terbelakang.
BACA JUGA:Sektor Pariwisata di Kabupaten Karawang Mandek, Indriyani: Copot Pejabat Budpar yang Tidak Peduli
Adi pun bilang haru melihat Messi mengantar Argentina juara dunia semalam. Sempurna sudah kariernya. Semua level kompetisi sudah Messi menangi.
“Tak ada lagi perdebatan soal siapa pemain terbaik dunia sepanjang masa. Ya, hanya Messi satu-satunya. Greatest of All Time. Yang meragukan kapasitas Messi pasti ndak ngerti bola,” tandasnya.
BACA JUGA:Nataru 2023, Tak Ada Larangan Konser dan Kembang Api di Bekasi, Tapi Bersyarat!
Menurut Adi, sepak bola dunia mirip politik kita dewasa ini. Di saat Messi pesta pora kemengan di situlah Ronaldo di-bully.
Di saat ada yang sanjung Anies di situlah Ganjar dicari. Begitu pun sebaliknya. Di saat Ganjar diapresiasi, sosok Anies lah yang dicari.
“Coba bayangkan bagaimana perasaan fans Madrid dan Ronaldo. Sedih, bukan!!,” tuturnya.
BACA JUGA:Polisi Jadi Sasaran Pelaku Terorisme, Selamat Ginting Minta Program Deradikalisasi Dievaluasi