Keroyokan & Pendataan Keluarga Percepat Penurunan Prevalensi Stunting
Keroyokan & Pendataan Keluarga Percepat Penurunan Prevalensi Stunting--
Di tengah angka prevalensi stunting yang menurun sekitar 2,8 persen per tahun, dr. Hasto mengakui bahwa indikator stunting masih terlihat belum membaik. "Inilah yang nanti kita selalu rapat koordinasi dalam rangka mengawal indikator ini tercapai," tandas dr. Hasto.
Lebih jauh, dr. Hasto menjelaskan bahwa intervensi terhadap kasus stunting juga dilakukan berdasarkan faktor spesifik. Seperti pemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil yang berisiko melahirkan anak stunting karena kurang energi kronis. Intervensi yang sama juga dilakukan terhadap remaja putri yang anemia.
Dr. Hasto juga mengingatkan para ibu agar memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama enam bulan. Data yang dimiliki BKKBN menunjukkan saat ini pemberian ASI eksklusif baru 66 persen. "Targetnya lebih dari 70 persen. Kalau bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif wajar kalo stunting karena itu sumber (gizi) utama bayi," tutur dr. Hasto.
BACA JUGA:Presiden Jokowi Sebut Bumi Pasundan Tempatnya Kopi Para Dewa
Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, dr. Brian Sri Prahastuti, mengeluhkan sulitnya mendapatkan data yang valid untuk sasaran air bersih dan sanitasi dari pemerintah daerah setempat.
Namun begitu, dari hasil monitoring dan pemetaan lapangan Kantor Staf Presiden, kata Brian, dari 12 provinsi yang teridentifikasi, didapat 15 kabupaten yang sanitasi dan akses air minumnya kurang dari 50 persen.
Setelah mendapat penjelasan dari dr. Hasto terkait kegiatan pendataan yang dilakukan BKKBN yang dimutakhirkan setiap tahun, Brian mengatakan pihaknya akan menggunakan data Pendataan Keluarga karena bersifat mikro dan spesifik memuat data "by name by address".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: