Komisi II Minta Dinas Atasi Sawah Kekeringan
Anggota DPRD Karawang, Rizka Restu Amalia-Istimewa-
KARAWANG- Anggota DPRD Karawang Komisi II Karawang Rizka Restu Amalia peringatkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) dan Perum Jasa Tirta (PJT) terkait ancaman kemarau panjang yang berdampak pada sektor pertanian.
Menyusul, mulai adanya laporan sejumlah wilayah desa dan kecamatan yang mulai mengeluhkan keterlambatan pengairan yang masuk untuk pengolahan tanah, maupun masa-masa persemaian. Bahkan, beberapa desa tak jarang mengeluhkan macetnya pengairan masuk karena ada garapan proyek penurapan Balai Besar Waduk dan Sungai (BBws) di wilayah irigasi hulu.
“Harus buat mitigasi ancaman bencana sawah kekeringan, Dinas Pertanian kami harap segera mendata desa dan luas lahan yang kering di usia pra pengolahan, persemaian maupun paska hari setelah tanam (HST), karena catatan BKMG, kemarau masih akan berlangsung hingga September mendatang,” ujara Rizka.
Kekeringan yang menghantui para petani saat ini, sebut Rizka bukan saja karena dampak El Nino maupun kemarau, tetapi juga terganggu dengan sejumlah proyek BBWs yang di garap di sejumlah irigasi. Itu, memang program dan bantuan yang harus di syukuri bagi sektor pertanian di Karawang, namun diharapkan bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lahan pertanian saat ini yang sedang banyak butuh pengairan.
Karena, betapapun suplai air cukup dari setiap pintu air maupun Jatiluhur, akan terhambat masuk hilir jika proyek ini dipaksakan berjalan tanpa koordinasi dengan para petani dan PJT. Karenanya, ia berharap, Dinas Pertanian bisa menjembatani dampak yang di timbulkan dari proyek BBWs ini bagi pengairan sawah di beberapa lokasi hilir
“Banyak air yang lambat datang bukan karena suplay air kurang, tapi bisa terganggu proyek tertentu, ini yang harus di komunikasikan antar pemangku pertanian,” katanya.
Sekretaris Desa Rawagempol Wetan, Tarman mengatakan, air lambat masuk ke Rawagempol Wetan pra pengolahan lahan, itu karena pembagian pengairan masuk di wilayah Cikarang dan Cikalong belum selesai.
“Tak hanya itu, lambatnya air masuk juga memang di pengaruhi faktor proyek BBWS di sejumlah irigasi yang di lalui air yang harusnya bisa masuk ke lahan sawah pertanian. Ya agak lambat juga ini, selain kemarau juga ada proyek jadi tambah terhambat juga,” ungkapnya.
Sementara itu, Kades Muara Kecamatan Cilamaya Wetan, Iyos Rosita mengungkapkan, Muara saat ini mampu terantisipasi ancaman kekeringan karena di pasok dengan hadirnya bendungan karet. Jika tidak ada bendungan karet yang sebelumnya belum di benahi, potensi kekeringan akan sering terjadi.
“Beruntung, saat ini bendungan karet ini sudah paten dan membantu mengairi 600 hektar sawah, sehingga suplay air masih dianggap cukup sampai saat ini,” pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: