Ia berharap nantinya keputusan yang diambil bisa mengutamakan kepentingan 2.500 pedagang. Pasalnya, kontrak yang diajukan tak hahya terjait pembangunan, namun juga pengelolaan pasar dan pedagang selama 30 tahun kedepan.
"Ini bukan hanya berbicara pembangunan fisik saja. Tapi juga pengelolaan jangka panjang. Saya tidak membela siapa pun, tapi harap keputusannya nanti akan berpihak kepada para pedagang itu sendiri," ujarnya.
BACA JUGA:Ferdy Sambo Divonis Hukuman Mati!
Wakil Manager PT Cipako Sampang, Erwin mengakui pihaknya melakukan wanprestasi pada proyek revitalisasi Pasar Induk Cibitung ini.
Sejak dua bulan lalu, tidak bisa melanjutkan pekerjaan karena kisruh internal tersebut. Bahkan, ada sejumlah intimidasi yang dialami para pekerja.
Hal itu dikarenakan PT Cipako cabang Sampang ditutup secara sepihak oleh pusat tanpa musyawarah. Oleh sebab itu, PT Cipako pusat merasa berhak mengambil alih kontrak kerja anak perusahaannya.
"Karena ada berbagai upaya ini jadi kami tidak bisa melanjutkan pekerjaan. Kalau dibilang wanprestasi ya memang kondisinya demikian. Tinggal nanti bagaimana kami mempertanggungjawabkannya," ucap dia.
Erwin menjelaskan akibat kisruh ini pembangunannya terhambat. Seharusnya, pada Februari ini pembangunan telah mencapai 90 persen. Namun Erwin mengaku saat ini pembangunan baru mencapai 75 persen.
BACA JUGA:Disenggol Mobil, Ojol Tewas Terlindas Truk di Kota Bekasi
Ribuan pedagang Pasar Induk Cibitung terbengkalai dan terancam gagal direlokasi akibat konflik internal perusahaan yang mengerjakan proyek pembangunan.
Pasalnya, kini terdapat dua perusahaan yang mengklaim berhak mengerjakan proyek senilai Rp200 miliar tersebut, yakni PT PT Citra Prasasti Konsorindo (Cipako) cabang Sampang dan pusat.
Akibatnya, progres pembangunan pasar terhambat. Lapak baru yang seharusnya bisa ditempati pada Januari lalu, saat ini masih belum rampung. Para pedagang pun harus gigit jari menanti proses penyelesaian dari perusahaan tersebut.
BACA JUGA:Didukung 12 PAC, Ariyes Dipastikan Kembali Pimpin PP Kota Bekasi
Soekarno (40) seorang pedagang tomat menjelaskan para pedagang sudah tak kuat untuk bertahan di lokasi penampungan sementara yang terletak di belakang pasar.
"Di sana ga ada yang beli. Karena aksesnya susah, jalan kecil, becek, kalau hujan banjir. Pembeli malas ke sana. Maunya buru-buru pindah," ungkap Soekarno di lokasi, Selasa (14/2/2023).