Kenali Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan Montessori Yuk Moms!

Jumat 25-10-2024,21:52 WIB
Reporter : Putri
Editor : Putri

Anak yang lebih tua turut berkontribusi dalam proses pengajaran, sehingga setiap individu merasakan manfaat dari metode ini, terutama ketika mereka memasuki dunia kerja dan bersosialisasi dengan orang-orang dari berbagai usia di kehidupan nyata.

Metode Montessori juga memberikan perhatian pada momen-momen sensitif (Sensitive Periods), yang menjadi waktu yang tepat bagi anak untuk melanjutkan ke tingkat pembelajaran berikutnya.

Saat anak-anak diberi kesempatan untuk mengasah dan mempelajari materi yang lebih maju, mirip dengan sistem ujian kenaikan kelas pada pendidikan konvensional.

Sebagai contoh, pada tahap awal masa kanak-kanak, anak-anak belajar melalui aktivitas fisik dan indera mereka, menggunakan berbagai alat yang dirancang untuk mengembangkan aspek kognitif melalui pengalaman langsung. Metode ini sangat sesuai untuk anak-anak dalam masa emas mereka.

Seiring bertambahnya usia, anak-anak di tingkat dasar mulai mengubah cara berpikir mereka dari hal-hal yang konkret ke konsep yang lebih abstrak. Mereka mulai mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh ke dalam pengalaman nyata.

Pada setiap tingkat usia, anak-anak dipersiapkan untuk menghadapi dunia orang dewasa, ketika pikiran dan emosi mereka berkembang untuk lebih memahami konsep-konsep abstrak seperti keadilan, kebebasan, dan kesetaraan.

BACA JUGA:5 Hal Sepele yang Mampu Menyulut Pertikaian Rumah Tangga Soal Anak Sampai Mertua

Kekurangan Metode Pendidikan Montessori

Ada beberapa kritik terhadap metode Montessori, yang sebagian besar datang dari pengalaman orang tua. Berikut beberapa kelemahan Pendidikan Montessori.

Kurangnya Fleksibilitas untuk Anak dengan Kebutuhan Khusus

Anak-anak yang sangat aktif atau memerlukan perhatian ekstra kadang sulit ditangani dalam sistem Montessori. Pendekatan yang sangat mandiri ini mungkin kurang fleksibel bagi anak-anak yang membutuhkan pengawasan lebih intensif, sehingga anak berpotensi mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran.

Kurangnya Penekanan pada Konsep Berbagi

Metode Montessori menekankan pada kepemilikan individual atas alat belajar, yang bisa membuat anak cenderung protektif terhadap barang-barang miliknya. Hal ini berisiko mengembangkan sikap posesif, kurangnya keterampilan berbagi, dan bahkan agresi pada usia dini.

Pembagian Usia yang Kurang Optimal

Anak-anak dalam metode Montessori biasanya dikelompokkan dalam kelas dengan rentang usia yang beragam. Meski bertujuan untuk mendukung pembelajaran lintas usia, perbedaan usia ini bisa memicu perilaku intimidasi dari anak-anak yang lebih tua dan rasa tidak nyaman bagi anak yang lebih muda.

Komunikasi dengan Orang Tua yang Kurang Maksimal

Metode ini dapat kurang transparan bagi orang tua terkait perkembangan anak di sekolah. Beberapa orang tua merasa bahwa metode Montessori tidak menyediakan informasi yang cukup tentang aktivitas dan perkembangan anak di kelas, sehingga sulit bagi orang tua untuk memahami keterampilan dan kekuatan anak secara mendalam.

Keterbatasan pada Sumber Belajar

Alat dan bahan belajar Montessori terbatas dalam jumlah dan variasi, yang dapat menimbulkan tantangan saat anak berebut untuk menggunakan peralatan yang sama.

Kondisi ini juga dapat menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan kreativitas atau mencoba pendekatan pembelajaran baru.

Minimnya Peluang untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial

Pendidikan Montessori yang menekankan pada kemandirian dan eksplorasi diri sering kali tidak secara aktif melibatkan anak dalam kerja sama atau permainan kelompok yang dapat mengembangkan keterampilan sosial.

Kategori :