Ribuan Hektare Lahan Pertanian di Kabupaten Bekasi Alami Kekeringan Parah, Para Petani Terancam Gagal Panen
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Sukarahayu mencatat terdapat 1.500 hektar hamparan area persawahan di Kecamatan Tambelang mengalami kekeringan. -Cikarang Ekspress-karawangbekasi.disway.id
KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - Kekeringan panjang yang melanda Jawa Barat sejak akhir Mei lalu telah mengakibatkan ribuan hektare lahan pertanian, terutama di Kabupaten Bekasi, mengalami kekeringan parah.
Petani di wilayah itu yang mayoritas mengandalkan tadah hujan kini menghadapi ancaman gagal panen.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Sukarahayu mencatat terdapat 1.500 hektar hamparan area persawahan di Kecamatan Tambelang mengalami kekeringan.
Kekeringan hamparan persawahan itu tersebar di Desa Sukamaju, Sukarapih, Sukaraja, Sukarahayu dan Sukabakti. Berbagai usia padi mulai dari 15 hari hingga dua bulan kekurangan air dan berpotensi besar untuk gagal panen.
BACA JUGA:Ciptakan Pelayanan Terbaik di Sektor Pertanian, JNE dan East West Seed Indonesia Jalin Kerjasama
Ketua Gapoktan Desa Sukarahayu, Risam (50) mengatakan bahwa sistem irigasi dari Saluran Sekunder Bulak Mangga menuju Kali Pisang Batu yang mengairi hamparan persawahan di wilayah Tambelang dan sekitarnya itu belum dilakukan normalisasi selama bertahun-tahun.
Kondisi itu membuat setiap tahunnya, para petani padi mengalami kesulitan air baik saat akan menandur maupun saat padi mulai tumbuh.
“Walaupun mesin dibanyakin karena memang sumber airnya enggak ada, kan gak bisa nyedot. Apa kita bisa nyedot lumpur kan gak mungkin. Maka dari itu harapan kami, pemerintah bisa menjangkau ss pisang batu dan bulak mangga karena itu jalur kami di wilayah desa Kertamukti, Sukaraja, Sukarapih, Sukamaju, Sukarahayu dan lainnya, memang jalurnya itu. Kendalanya di jalur pisang batu sepanjang 3,5 kilometer belum dinormalisasi,” kata Risam kepada Cikarang Ekspress Senin (12/08).
Di kali pisangbatu Desa Sukarahayu, irigasi itu mengalami pendangkalan dan dipenuhi oleh sampah eceng gondok. Pada beberapa bagian terdapat air namun hanya sebetis orang dewasa.
Bagi para petani yang menggarap sawah didekat saluran irigasi itu, dapat menggunakan pompa. Namun bagi para petani yang menggarap sawah jauh dari saluran irigasi hanya dapat menunggu hujan untuk menggarap.
"Saat ini sudah ada yang nebar benih, udah ada yang tandur seperti ini keadaannya. Kami betul-betul mengharapkan pemerintah yang terkait masalah ini agar segera ditangani. Sehingga kami mendapat kehidupan layak untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan juga hal lain untuk bersosial masyarakat agar lebih baik lagi," ucap dia.
Menurutnya, sebagian besar masyarakat Tambelang bekerja sebagai petani padi. Akibat kekeringan ini para petani mengalami kerugian, mulai dari biaya traktor untuk membajak sawah, benih padi, pupuk dan lainnya. Untuk mensiasati kebutuhan hidup, ia menjual ternaknya.
"Kami misalnya memelihara ternak, ayam kambing untuk bisa menanggulangi kekusahan kami. Dan ada anak kami bisa bekerja iti bisa membantu kami agar bertahan," keluh Risam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: