Program Edukasi Kesehatan Reproduksi Jangkau Mahasiswa, Harapannya Sebarkan Kesadaran Lebih Luas
Program Edukasi Kesehatan Reproduksi Jangkau Mahasiswa, --karawangbekasi.disway.id
KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) mengadakan program bertajuk "Goest to Campus," yang bertujuan menyebarkan informasi seputar kesehatan reproduksi kepada kalangan mahasiswa. Ketua Tim Jaminan Pelayanan KB, Rachman menyatakan program ini menyasar segmen mahasiswa, khususnya perawat dan bidan yang masih menempuh pendidikan. Harapannya, para peserta tidak hanya menerima informasi tetapi juga menyebarkannya ke masyarakat luas.
"Target kita bukan hanya tenaga kesehatan saja. Mereka bisa menyampaikan lagi ke orang lain agar informasi ini menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat," ujar Rachaman.
Menurut Rachman, acara ini berbeda dari program yang sebelumnya lebih banyak menyasar remaja di sekolah. Fokus "Goest to Campus" lebih strategis, dengan menyesuaikan materi dan konsep yang sesuai untuk usia produktif, terutama mahasiswa.
"Program ini pertama kalinya menyasar segmen mahasiswa, remaja sekolah, karena target usia produktif lebih strategis. Materinya pun disesuaikan," tambahnya.
Rahmi Isman, dokter umum dari Rumah Sakit Islam Karawang sekaligus pemateri acara, menjelaskan pentingnya edukasi seksual di kalangan mahasiswa.
BACA JUGA:Syaikhu-Ilham Bertemu Anies Baswedan, Doakan ASIH Menang di Pilgub Jabar
BACA JUGA:Tingkatkan Sinergi, BPJS Ketenagakerjaan Karawang CRM ke PT Bridgestone Tire Indonesia
"Pergaulan saat ini sudah berbeda, dan kita tidak boleh menutup mata. Edukasi seksual sangat penting untuk mencegah risiko seperti penyakit, kehamilan tidak diinginkan, dan aborsi yang tidak aman," ucap Rahmi.
Ia juga menekankan pentingnya sikap terbuka dan tidak menghakimi dalam pendekatan tenaga medis kepada masyarakat.
Lebih lanjut, Rahmi menyoroti bahwa kurangnya edukasi dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya, mulai dari infeksi menular seksual hingga gangguan kesehatan reproduksi yang serius.
"Komplikasi ini beragam, dari infeksi ringan hingga yang berat. Dampak terburuknya bisa merusak alat reproduksi dan menyebabkan trauma psikologis, bahkan bunuh diri," jelasnya.
Dalam kondisi seperti ini, tenaga kesehatan harus fokus pada pengobatan dan edukasi tanpa memberi stigma atau penghakiman.
Rahmi menghimbau kepada para mahasiswa untuk berpikir matang sebelum bertindak dalam hal-hal terkait kesehatan reproduksi. Ia juga mendorong mereka untuk tidak takut mencari pertolongan jika terjadi masalah kesehatan.
"Jika ada gejala yang dirasa tidak wajar, segera cari bantuan medis atau berbagi kepada orang terdekat yang dipercaya," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: