Kasus Kekerasan Gender Berbasis Online di Kabupaten Bekasi Melejit, Anak-anak Jadi Korban Utama
ILUSTRASI: Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan di Kabupaten Bekasi--Klikdokter
KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID – Kasus Kekerasan Gender Berbasis Online (KGBO) terus meningkat setiap tahun nya di Kabupaten Bekasi dan menjadi perhatian serius selama tahun 2024.
Berdasarkan laporan Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Bekasi, jumlah kasus KGBO yang diterima meningkat dari 17 kasus pada 2023 menjadi 19 kasus pada 2024.
Kepala UPTD PPA Kabupaten Bekasi, Fahrul Fauzi, mengungkapkan bahwa sebagian besar korban KGBO adalah anak-anak di bawah umur yang diberikan kebebasan dalam menggunakan gawai tanpa pengawasan orangtua. Hal ini membuat mereka rentan terhadap kejahatan berbasis online, seperti penyebaran konten pornografi atau manipulasi melalui media sosial.
"Kasus KGBO belakangan ini sangat menarik perhatian, terutama karena banyak korban adalah anak-anak di bawah umur. Biasanya pelaku memanfaatkan tipu daya atau hasutan untuk melakukan kekerasan seksual secara online," ujar Fahrul Fauzi kepada Cikarang Ekspres Selasa (07/01).
BACA JUGA:Dinsos Kabupaten Bekasi Dorong PSM Percepat Pendataan Warga Tidak Mampu Melalui SIKS-NG
Fahrul menjelaskan bahwa modus yang digunakan para pelaku seringkali melibatkan tipu daya, seperti iming-iming hadiah atau bujuk rayu melalui media sosial. Pelaku biasanya merekam aksi korban, seperti memperlihatkan bagian tubuh tertentu, untuk kemudian digunakan sebagai alat ancaman.
"Anak-anak ini biasanya dijebak melalui media sosial, lalu dimanipulasi untuk melakukan tindakan tertentu. Setelah itu, pelaku merekamnya dan mengancam menyebarkan video tersebut jika korban tidak memenuhi permintaan pelaku," tambah Fahrul.
Bahkan, dalam beberapa kasus, pelaku memeras korban dengan meminta uang sebesar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu. Hal ini membuat korban, yang sebagian besar masih anak-anak, mengalami tekanan dan kebingungan, karena mereka tidak memiliki uang untuk memenuhi permintaan pelaku.
"Ada korban yang sampai berbohong kepada orangtuanya untuk mendapatkan uang, dengan alasan membayar sekolah, padahal uang itu untuk diberikan kepada pelaku," jelasnya.
BACA JUGA:Terungkap Inilah Peran Empat Tersangka Kasus Penggelapan Mobil Rental Tangerang, Dua DPO
Korban KGBO tidak hanya anak-anak, tetapi juga orang dewasa, termasuk mereka yang sudah menikah. Dampak dari kasus ini sangat serius, terutama bagi anak-anak yang mengalami depresi akibat tekanan dari pelaku.
"Korban anak-anak ini mengalami depresi berat. Mereka takut jika video mereka disebarkan, sehingga terpaksa memenuhi permintaan pelaku," ungkap Fahrul.
Untuk menekan angka kasus KGBO, Fahrul mengimbau para orangtua untuk lebih memperhatikan aktivitas anak-anak di dunia maya dan membatasi penggunaan gawai. Selain itu, keluarga diharapkan memberikan edukasi kepada anak tentang bahaya kekerasan berbasis online dan pentingnya menjaga privasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: