Meskipun demikian, mau tak mau Adit harus mengakui nasib yang menimpanya dan melakukan negosiasi kepada sanak saudara anggota keluarganya terutama sang ibu dan kakaknya yang masih ada. Karena bapaknya sudah meninggal.
Dengan alasan ingin keluar dari lubang hitam dan ingin hidup tentram, pilihannya hanya tinggal menjual rumah keluarganya satu-satu nya aset peninggalan sang ayah.
Kendati, kakak Adit juga tidak tega melihat adiknya menderita. Apalagi sang ibu yang tidak tega melihat nasib yang menimpa anaknya yang mana jadi buruan debt collector dan preman.
Sampai akhirnya orang tua Adit menjual rumahnya untuk menutupi utang-utang anaknya.
"Kakak saya izinin, karena dia juga baik sama saya. Ibu saya ingin tinggal dekat (dengan anak) jadi setuju-setuju saja. Iya agar tidak berisik (diganggu debt collector)," kata dia.
BACA JUGA:Siap-Siap! ASN yang Ketahuan Main Judi Online Bakal Kena Sanksi Berat
Rumah berhasil dijual dengan harga Rp700 juta. Adit pun lantas membayar sebagian hutang-utangnya.
"Saya bayar bank keliling Rp175 jutaan. Tidak tahu deh hitungannya bagimana. Pokoknya yang penting lunas. Sisanya, saya beli rumah di Cikarang," ucap dia.
Kata Adit, ada beberapa pinjol yang tidak dibayarkan sepenuhnya. Sebab, lanjutnya, debt collector sudah kehilangan jejak, semenjak rumah dijual.
"Tidak pernah ditagih-tagih lagi. Mungkin mereka datangi rumah yang lama. Orangnya sudah beda. Kalau tagihnya ke temen sih, bodo amat," celetuknya sambil tertawa.
Tak lama setelah pindah rumah, kakak kandung meninggal dunia. Adit kini tinggal berdua dengan ibunya yang sudah berusia 64 tahun.
Dirinya menyadari apa yang dilakukannya sudah membuat kacau, galau dan bermasalah. Judi online dan pinjol membuat batinnya tertekan. Beruntung ibunya sangat mengerti dan membantu agar semua masalah hilang.
Saat ini Adit bekerja sebagai admin di salah satu jasa ekspedisi. Dia dipercaya oleh sahabatnya untuk kerja di tempatnya.