Cyber Smile atau Cyber Stress? Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital

Senin 25-11-2024,15:18 WIB
Reporter : WAHYUDI
Editor : Ilham Prayogi

Ditulis Oleh: Rahayu Restiyadi

NPM: 02230200005

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

PENGGUNAAN media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan remaja modern. Dengan berbagai platform seperti YouTube, Instagram, dan Snapchat, remaja dapat terkoneksi dengan dunia luar secara instan. Namun, di balik manfaat besar ini, terdapat risiko signifikan terhadap kesehatan mental apabila media sosial tidak digunakan secara bijak. 

Media sosial menawarkan peluang untuk berbagi pengalaman, memperoleh informasi, dan membangun jejaring sosial yang luas. Sayangnya, penggunaan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan rendah diri. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam per hari lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental, terutama terkait citra diri dan internalisasi.

BACA JUGA:Manis Yang Tersembunyi Penyebab Diabetes Pada Anak

BACA JUGA:New Gift Code Terbaru Game Angel Legion November 2024

Beberapa faktor yang memicu dampak negatif adalah perbandingan sosial, di mana melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna sering membuat remaja merasa tidak cukup baik. Selain itu, cyberbullying atau perundungan di dunia maya dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi pada korban. 

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO), atau ketakutan akan ketinggalan tren terbaru, sering mendorong kecanduan media sosial. Penggunaan berlebihan juga dapat menyebabkan isolasi diri, menggantikan interaksi sosial di dunia nyata, sehingga meningkatkan rasa kesepian.

Untuk mengurangi dampak negatif, remaja dan orang tua dapat mengambil beberapa langkah. Pertama, mengatur waktu penggunaan media sosial dengan membatasinya hingga maksimal 30 menit sehari. Kedua, mengelola konten dengan menghindari akun atau konten yang menyebarkan kebencian dan iri hati. 

Ketiga, meningkatkan aktivitas di dunia nyata dengan mendorong partisipasi dalam kegiatan seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial. Keempat, membangun kebiasaan digital positif dengan membagikan konten yang bermanfaat dan menghindari doom scrolling, yaitu kebiasaan menelusuri konten negatif tanpa tujuan.

BACA JUGA:Diduga Kampanye di Masa Tenang Lewat Medsos, Aktivis Santri Karawang Laporkan Timses 01 ke Bawaslu

BACA JUGA:Hari Guru Nasional, Bupati Karawang Laksanakan Simulasi Program Makan Siang Gratis di SDN Anggadita IV Klari

Orang tua memegang peran penting dalam membentuk pola penggunaan media sosial anak. Ketika orang tua lebih banyak meluangkan waktu untuk aktivitas bersama di dunia nyata, remaja akan cenderung meniru kebiasaan tersebut dan mengurangi ketergantungan pada media sosial. (*)

Kategori :