Alternatif Pengganti Daging Bisa Dibuat Menggunakan Limbah Loh!
SETIAP manusia membutuhkan makanan untuk bertahan hidup dan beraktivitas sehari-hari. Makanan adalah kebutuhan yang sangat utama bagi manusia, karena makanan adalah sumber energi dan zat yang dapat membantu pertumbuhan manusia. Senyawa kimia dan nutrisi yang terkandung dalam sebuah makanan sangat beragam dan mempunyai fungsinya tersendiri pada tubuh kita, salah satunya adalah protein. Protein merupakan senyawa makronutrien yang berfungsi sebagai zat pembangun dalam tubuh. Protein terbagi menjadi dua, yaitu protein nabati dan protein hewani. Salah satu bahan pangan yang mengadung protein hewani adalah daging. Daging merupakan bagian dari hewan potong yang biasanya digunakan oleh manusia sebagai makanan, karena mengadung nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti protein hewani dan lemak. Daging merupakan seluruh bagian dari ternak yang sudah dipotong dari tubuh ternak termasuk hati, lympa, otak, dan isi perut seprti usus, terkecuali tanduk, kuku, tulang, dan bulunya. Daging juga merupakan salah satu komoditas penting bagi masyarakat Indonesia karena daging berperan penting dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Daging mempunyai karakteristik rasa serta tekstur yang unik. Kebanyakan daging yang kita jumpai saat ini merupakan daging yang diproduksi melalui peternakan. Tapi tahu kah kamu? Menurut Organisasi Pangan Dunia (FAO) menyebutkan bahwa untuk bisa memproduksi 1 kg daging, ternyata memerluka sebanyak 15000 liter air dan ditambah lagi dengan bahan pakan sekitar 2-15 kg. Selain itu, gas metana hasil dari peternakan membrikan kontribusi yang cukup signifikan dalam adanya climate change atau perubahan iklim, dimana semakin hari dampak yang ditimbulkan semakin terasa. Hal ini dapat terjadi karena, sapi adalah hewan pemamah biak yang menjadikan tumbuhan sebagai bahan makanan utamanya dengan sistem pencernaan poligastrik. Sapi mempunyai rumen, pada rumen tersebut terdapat adanya mikroorganisme yang dapat memecah selulosa pada dinding sel tumbuhan sehingga nutrien dalam tumbuhan bisa dimanfaatkan untuk proses metabolisme sapi. Pada proses pemecahan selulosa, di dalam rumen terjadi adanya proses fermentasi yang menghasilkan produk gas metana. Gas metana ini kemudian akan dikeluarkan oleh sapi dalam bentuk gas buangan seperti kentut, sendawa, dan feses sapi yang nantinya dapat berdampak serius terhadap lingkungan khususnya pada perubahan iklim. Hal ini semestinya menjadi perhatian kita untuk bisa lebih memperhatikan jumlah konsumsi makanan dan air kita. Atau bahkan sudah mulai berpikir untuk mengurangi konsumsi daging, lalu menggantinya dengan makanan yang lebih ramah lingkungan. Sudah banyak peneliti serta perusahaan di dunia yang telah mengembangkan alternatif bahan pangan pengganti daging. Misalnya Impossible Foods yang merupakan perusahaan berbasis sains yang fokus terhadap ketersediaan pangan berkelanjutan. Telah membuat alternatif pengganti daging sapi yang jauh lebih efisien dengan menggunakan bahan dasar tumbuhan. Tidak hanya perusahaan Impossible Foods saja yang telah melakukan pengembangan alternatif pengganti daging, terdapat pula perusahaan lainnya yang telah melakukan hal serupa diantaranya, ada Beyond Meat yang membuat produk daging dari protein kacang polong serta tepung kentang, ada juga Quorn yang membuat daging dengan berbahan dasar jamur Fusarium venetatum. Dan masih banyak lagi perusahaan lain yang juga sukses dalam membuat serta memasarkan produk daging berbahan dasar utama dari tumbuhan. Lalu bagaimana dengan Indonesia ? Terdapat banyak alternatif protein di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan daging imitasi, salah satunya adalah bungkil kacang tanah. Bungkil kacang tanah merupakan ampas yang diperoleh dari kacang tanah yang telah diekstrak minyaknya. Bungkil kacang tanah ini mempunyai potensi yang bagus untuk dijadikan sebagai makanan berprotein tinggi, karena bungkil kacang tanah memiliki kandungan protein kurang lebih sekitar 55% sehingga cocok untuk dijadikan sebagai pengganti daging. Berbeda dengan daging pada umumnya, daging imitasi yang dibuat dengan menggunakan limbah organik tumbuhan dibuat menyerupai struktur, serat, cita rasa, aroma, sampai nilai kecukupan gizi yang hampir serupa dengan daging pada umumnya. Di Indonesia sendiri telah dilakukan riset mengenai alternatif pengganti daging dengan menggunakan limbah organik dari tumbuhan. Salah satunya adalah pembuatan produk daging imitasi dengan bahan dasar tempe bungkil kacang tanah. Pada jurnal pangan PROUDFOODISM menyebutkan bahwa daging imitasi berbasis bungkil kacang tanah mengandung protein sekitar 31.70%, dimana angka ini hampir memenuhi setengah dari nilai kecukupan gizi Loh!. Selain itu bungkil kacang tanah juga dapat diolah menjadi produk alternatif daging berbentuk nugget. Melalui riset yang telah dilakukan oleh mahasiswa dari Universitas Brawijaya, Malang, didapat nugget yang terbuat dari campuran tempe bungkil kacang tanah dan campuran nangka muda, bisa menghasilkan nugget dengan kandungan protein sekitar 5.64%. Selain itu, terdapat pula produk daging bungkil kacang tanah yang dibuat dalam bentuk patty frozen food. Produk tersebut memiliki keunggulan di umur simpannya yang lebih lama karena mempunyai kandungan lemak yang lebih rendah dari daging pada umumnya. Patty ini juga mempunyai cita rasa yang mirip dengan patty yang dibuat dengan berbahan dasar kedelai, dengan harga yang relatif lebih murah dan lebih ramah lingkungan karena dalam pembuatannya menggunakan limbah dari hasil samping ekstrak kacang tanah. Lalu apakah daging yang dibuat menggunakan limbah organik tumbuhan aman di konsumsi? Tenang saja, walaupun dalam bahan pembuatannya menggunakan limbah, produk ini tetap aman loh untuk dikonsumsi. Daging yang terbuat dari limbah organik ini juga dapat dijadikan sebagai pangan masa depan, yaitu makanan dengan nilai nutrisi lebih untuk tubuh dan lebih sedikit dampak negatif yang dapat ditimbulkan pada lingkungan. Di masa yang akan datang, diprediksi bahwa produk-produk separti ini akan mewarnai meja makan dan piring kita. Karena proses penanaman dan pengelolaan protein nabati serta limbah organik tumbuhan lebih mudah dan lebih cepat daripada protein hewani. Sangat memungkinkan jika produk olahan limbah bungkil kacang tanah juga dapat dijadikan sebagai alternatif untuk membuat tempe, selayaknya tempe yang terbuat dari kedelai yang telah terlebih dahulu populer di dunia sebagai pangan masa depan dengan segudang manfaat untuk tubuh manusia. Namun, tetap perlu memperhatikan cara konsumsi makanan yang benar dan tidak berlebihan, sehingga dapat memberikan manfaat yang baik untuk tubuh kita. (*) * Profil :Â Muhamad Hilman Darmawan, Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran (Unpad)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: