Tengah Periode
--
Biden kelihatan santai saja. Ia justru merasa Demokrat masih ''menang''. Kekalahan kali ini tidak seberat yang diprediksi. Menjelang Pileg kemarin memang ada perkiraan ''gelombang merah akan menyapu biru''.
Yang masih waswas adalah di Pileg Senat (DPD). Sampai tadi malam perolehan kursi di Senat masih imbang: 48-48. Empat kursi masih menunggu hasil. Salah satunya harus menunggu sampai Desember nanti: kursi dari negara bagian Georgia.
Di Georgia tidak ada caleg yang mendapat suara lebih 50 persen. Raphael Warnock (Demokrat) dapat 49,4 persen. Herschel Walker (Republik) dapat 48,5 persen. Sisanya, 2,1 persen untuk Chase Oliber dari partai lokal.
Maka dua caleg dengan suara terbanyak diadu lagi di pemilihan ulang Desember nanti.
Itu bukan hanya Pileg ulangan, juga drama ulangan. Dua tahun lalu dua orang itu sama-sama nyaleg. Sama-sama kulit hitam. Sama-sama tidak dapat suara 50 persen. Diulang. Kampanyenya seru. Soal-soal pribadi pun tumpah semua di medsos. Warnock, seorang pastor mengalahkan mantan bintang sepakbola Amerika itu.
Untuk Pileg Senat, tidak semua kursi dipemilukan. Kalau masa jabatan DPR 2 tahun, masa jabatan Senat 6 tahun. Pileg Senat tidak serentak, 100 kursi. Tiap dua tahun hanya 1/3 saja dari kursi Senat itu yang dipemilukan. Tujuannya: agar pemerintah pusat stabil. Meski di pertengahan masa jabatan kalah di DPR, Senat bisa mempersulit upaya menjatuhkan presiden di pertengahan periode. Di sana Senat memang jauh lebih bergigi dari DPD di kita.
Sekarang ini kursi Senat imbang: 50 Demokrat, 50 Republik. Suara penentu ada di wakil presiden. Kini Biden was-was: jangan-jangan kali ini pun Republik yang menang.
Satu kursi Demokrat yang gagal diraih adalah di Ohio. Kali ini Demokrat sebenarnya maju dengan nama yang top sekali: Tim Ryan. Umurnya masih 49 tahun tapi sudah 10 periode menjadi anggota DPR. Kali ini pindah dari DPR ke Senat. Kalah.
Ryan ingin pindah jalur mumpung calon dari Republik juga baru. Incumbent-nya tidak nyaleg lagi. Sudah terlalu lama di Senat: 20 tahun.
Ternyata tetap calon baru dari Republik yang menang: James David Vance. Ia seorang kopral marinir. Lulusan universitas terkemuka: Yale. Setelah dinas militer ia menjadi venture capitalist.
Vance menulis buku terlaris tahun 2016: Hillbilly Elegy. Sajak Orang Pegunungan.
Itu buku tentang riwayat kehidupan keluarga asli pegunungan. Bukan buku sajak. Yakni cerita nestapa kehidupan keluarga Vance sendiri. Sejak kakek-neneknya hidup di pedalaman Kentucky, di pegunungan Appalachia.
Sebenarnya ini buku tentang budaya Appalachia. Agak sensitif. Orang Appalachia dianggap orang gunung, terbelakang, bodoh, miskin, sulit diajak maju, suka emosi dan sering konflik untuk urusan harga diri keluarga.
Jumlah penduduk yang secara budaya disebut orang Appalachia ini sangat besar: 25 juta. Asal usul ayam goreng Kentucky dari kawasan ini. Saya pernah mampir ke warung aslinya.
Hutan dan tambang pernah digalakkan di kawasan ini, tapi gagal menjadi solusi ekonomi jangka panjang.
Terobosan sukses pertama terjadi di tahun 1930-an. Ketika air terjun di pegunungan ini diubah menjadi pembangkit listrik. Hasilnya untuk melistriki kawasan itu sendiri.
Pegunungan Appalachia sebenarnya membujur jauh dari utara ke selatan. Seperti memisahkan dataran rendah di bagian tengah Amerika dengan bagian timurnya. Tapi yang tercakup di budaya Appalachia ini lebih di wilayah Kentucky dan Virginia Barat. Dan sekitarnya. Mereka punya musik sendiri: Country. Ditambah satu lagi: Blue Grass. Mereka fanatik Partai Republik.
Vance membuat bangga orang Appalachia.
Hari ini ''pengadilan politik'' untuk Presiden Biden sudah selesai. Ia kelihatan bisa menerima hasilnya. Tiba waktunya Biden siap-siap ke Bali: menghadiri G20 di Hotel The Apurva Kempinski Nusa Dua. Toh, harapannya, tidak ada Putin di situ. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: