Banjir Menghantui Kota Bandung, Upaya Pemerintah Dipertanyakan?

Banjir Menghantui Kota Bandung, Upaya Pemerintah Dipertanyakan?

Dokumentasi Bencana Banjir Pada Tahun 2014. (Foto: Disway.id)--

Jabar, Disway.id- Persoalan banjir di kota kembang masih menjadi pekerjaan rumah yang sangat serius bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung hingga saat ini. Saat memasuki musim hujan, sejumlah titik di wilayah Kota Bandung bahkan sudah dipastikan akan tergenang oleh air.

Menurut data Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, sedikitnya ada 13 kecamatan yang perlu diwaspadai karena rawan banjir saat memasuki musim hujan.

Adapun 13 kecamatan itu di antaranya Andir, Astanaanyar, Babakan Ciparay, Bandung Kulon, Bandung Kidul, Panyileukan, Batununggal, Bojongloa Kidul, Rancasari, dan Kecamatan Kiaracondong.

BACA JUGA:90 Persen Masalah PPDB Sudah Direspons Disdik Jabar Meski Tidak Diviralkan

"Ancaman banjir paling banyak di Bandung selatan karena faktor perubahan ekosistem dengan enam sungainya," kata Kepala Seksi (Kasi) Mitigasi Bencana Diskar PB Kota Bandung, Amires Pahala, Senin (17/7/2023).

Menilik sejarah banjir di Kota Bandung, Kecamatan Astananyar tercatat menjadi salah satu daerah yang pernah dilanda banjir terparah pada tahun 2020.

Tak tanggung-tanggung, dari satu kecematan, ada sedikitnya lima kelurahan yang diterjang banjir. Belum lagi akibat dari banjir itu sedikit banyak merusak infrastruktur.

BACA JUGA:2 Warga Desa Cijengkol Setu Pesta Sabu, Tak Berkutik Saat Dibekuk Polisi, Begini Penampakannya...

Ketinggian air yang mencapai dua meter terjadi di RW 07 Kelurahan Cibadak. Salah satu rumah warga mengalami jebol dinding kamar mandi, robohnya tangan jembatan dan ambrolnya tembok pagar depan rumah Joen Sing In.

Sedangkan di Kelurahan Panjuman di RW 05 Jalan Bojongsurupan, Jalan Liogenteng, Jalan Panjunan, ketinggian air akibat banjir setinggi lutut orang dewasa. Dan di RW 01 serta 06, ketinggian air mencapai 60 cm.

Kemudian, Kelurahan Karanganyar, Nyengseret dan Pelindung Hewan juga tak luput dari sergapan banjir. Selain di Astanaanyar, kawasan Gebabage juga menjadi daerah lainnya yang tercatat sebagai langganan banjir. Bahkan, wilayah Simpang Jalan Soekarno Hatta-Gedebage disebut sudah langganan banjir sejak sekitar 15 tahun lalu.

BACA JUGA: Meniti Asa Menggapai Cinta untuk Purwakarta Istimewa, Ambu Anne: Kita Tidak Boleh Berhenti...

Menurut Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, Didi Ruswandi mengatakan, di kawasan itu ada sekitar dua aliran sungai yang menjadi faktor penyebab banjir yakni berada di sekitar Pasar Gedebage dan Simpang Gedebage.

"Intinya secara kasat mata kalau banjir itu mulainya dari Jembatan Cipamulihan, karena airnya itu sudah lebih tinggi, meluber ke sini," ucap Didi di Bandung, Senin (17/7/2023).

Lebih jauh lagi, sejarah banjir di Kota Bandung ini sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Hal ini berdasarkan sejumlah arsip surat kabar berbahasa Belanda yang tersimpan di Koninklijke Bibliotheek Delpher Belanda.

BACA JUGA:Lantik Dirut Perumda TP, Tri Adhianto Titip Pesan Khusus Terkait Pemisahan Aset

Disebutkan bahwa, kawasan pusat Kota Bandung yang kini dikenal sebagai Jalan Asia Afrika dan kawasan Alun-alun Bandung rupanya di masa lalu pernah mengalami banjir besar sekitar 66 tahun silam.

Banjir besar yang melanda kawasan pusat Kota Bandung tersebut, terjadi pada 28 November 1952 dan diberitakan surat kabar Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode terbitan 29 November 1952.

"Hujan lebat yang terjadi kemarin pagi sampai sore di wilayah hulu Sungai Cikapundung sejak pukul 19.00 menyebabkan banjir besar di pusat Kota Bandung," bunyi salah satu kalimat di berita itu.

BACA JUGA:Meriah, Perlombaan Cabor Hingga Bazar UMKM Ramaikan HUT RI di Grand Wisata

Sementara itu, Pemkot Bandung saat ini masih terus berupaya dalam menyelesaikan permasalahan banjir yang kerap terjadi di saat musim hujan.

Beragam upaya telah dilakukan Pemkot Bandung, di antaranya membangun 9 kolam retensi baru, 22 sumur resapan dalam, 647 sumur resapan dangkal, dan 3.706 drumpori.

Selain itu, Pemkot Bandung juga rutin mengeruk saluran air, serta menghadirkan rumah pompa air yang siap siaga ketika banjir. Seperti Kolam Retensi Rancabolang yang memiliki sejarah panjang sejak 2019.

BACA JUGA:Apel Siaga Perubahan, Surya Paloh : Dua Periode Dukung Jokowi, Visi Misi Revolusi Mental Jauh dari Harapan

Kolam yang memiliki luas sekitar 8.000 meter persegi ini mulai berfungsi sebagai penyerap air saat hujan deras. Pemkot Bandung juga telah membuat sumur imbuhan dangkal sebanyak 5.000 unit dan sumur imbuhan dalam sebanyak 30 unit. Jumlah itu akan terus bertambah di setiap ruang.

Teknologi khusus pun sudah dihadirkan untuk mengatasi banjir. Salah satunya seperti rumah pompa di Kawasan Kopo Citarip. Daerah ini merupakan wilayah yang memiliki banyak sedimen. Sehingga membutuhkan pompa yang bisa menyedot lumpur juga.

Bahkan, di tahun ini ada tiga pembangunan rumah pompa di Kota Bandung, yakni di Cingingsed, Rancabolang untuk menangani banjir di Gedebage dan Adipura. Serta satu lagi di Kopo Citarip ini.

BACA JUGA:AHY Pastikan Demokrat, NasDem dan PKS Tetap Bersama hingga Pendaftaran Capres

Pembenahan untuk mengantisipasi banjir, di tahun 2023 Pemkot Bandung akan membangun tambahan kolam retensi di Margahayu Raya. Lalu, rumah pompa di Cibaduyut bawah tol dan rumah pompa di Jalan Ters Pasirkoja exit tol.

Namun, semua upaya Pemkot Bandung itu nampaknya belum membuahkan hasil yang maksimal. Hal itu terlihat saat kawasan Jalan Kopo, Kota Bandung masih saja terendam banjir kala diguyur hujan deras pada Senin (5/6/2023) malam.

Drainase yang kecil serta banyaknya sampah membuat kawasan tersebut terendam, meski alat pompa penyedot air disediakan di kawasan tersebut namun derasnya air yang datang membuat kawasan tersebut selalu menjadi langganan banjir.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: