Emak-emak Teriak Titipan Jalur Domisili SMAN 3 Cikarang Utara, KDM Diminta Turun Tangan

Emak-emak Teriak Titipan Jalur Domisili SMAN 3 Cikarang Utara, KDM Diminta Turun Tangan

Sistem penerimaan murid baru (SPMB) Jawa Barat terdekteksi banyak kecurangan.--

KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - Ratusan orang tua siswa dari Perumahan BCL, Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, melakukan aksi unjuk rasa di SMAN 3 Cikarang Utara pada Kamis 19 Juni 2025). Mereka memprotes sistem penerimaan siswa baru jalur domisili yang dinilai tidak adil.

Pasalnya, banyak anak-anak yang tinggal di radius ratusan meter dari sekolah justru tidak lolos seleksi. Ironisnya, siswa dari wilayah lain yang lebih jauh dari sekolah seperti dari wilayah Sentra Grosir Cikarang (SGC) justru diterima.

Salah satu orang tua, Lena (52), menyuarakan kekecewaannya secara emosional. Ia menyebut jarak rumahnya dengan sekolah hanya sekitar 400 meter, namun anaknya tak diterima melalui jalur zonasi.

“Kami berjuang untuk anak-anak kami yang tidak diterima. Janji pemerintah dulu itu domisili, nyatanya sekarang zonasi. Ini cuma 400 meter dari sekolah, Pak. Masuk di akal apa tidak?” kata Lena kepada Cikarang Ekspres. 

Menurutnya, banyak anak di lingkungan Perumahan BCL yang justru tidak lolos SPMB. Sementara itu, siswa dari wilayah yang lebih jauh seperti dari SGC (Sentra Grosir Cikarang) justru diterima.

“Logikanya di mana, Pak? Ini tanah kami, desa kami. Sekolah itu berdiri di lingkungan kami, bahkan di dekat rumah Pak Wakil Bupati. Tapi tidak ada rasa empati. Kami ibu-ibu datang membawa hati yang menjerit,” tegasnya.

Lena menyebut ada sekitar 200 lebih anak di sekitar sekolah yang tidak diterima, padahal mereka tinggal dalam radius sangat dekat. Ia menduga ada permainan titipan dalam proses seleksi.

“Kalau sekarang ada yang keterima tapi jauh, pasti ada permainan. Saku kanan, saku kiri. Titipan guru, titipan orang dalam. Logika saja, Pak. 400 meter tidak diterima?” ucapnya.

Ia juga menyoroti kepala sekolah saat ini yang dinilainya tidak bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

“Dulu kepala sekolah kalau pindah ke sini pasti silaturahmi ke kelurahan. Tapi kepala sekolah sekarang sombong, tidak pernah datang ke kelurahan, tidak anggap aparat desa,” kata Lena.

Pihak orang tua menyampaikan bahwa mereka akan terus melakukan aksi hingga ada keputusan tertulis atas nasib anak-anak mereka.

“Aksi ini akan terus kami lakukan sampai ada keputusan di atas materai bahwa anak-anak kami bisa diterima. Kami tidak anarkis, kami hanya ingin keadilan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Lena meminta Gubernur Jawa Barat, Deddy Mulyadi, turun langsung meninjau persoalan SPMB ini. “Pak Deddy, tolonglah. Datanglah ke sini. Kalau perlu, angkut kepala sekolahnya. Kasih paham, Pak. Biar tahu kondisi di lapangan seperti apa,” keluhnya.

Senada dengan Lena, Niken (46) orang tua murid, menyuarakan kekecewaannya lantaran anaknya juga tidak lolos seleksi masuk ke SMAN 3 Cikarang Utara, meskipun rumahnya hanya berjarak ratusan meter dari sekolah.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait