Mengenal KH Ma'mun Nawawi Tempat Peringatan Hari Pahlawan Pemkab Bekasi

Mengenal KH Ma'mun Nawawi Tempat Peringatan Hari Pahlawan Pemkab Bekasi

KH Ma'ruf Nawawi -Foto ist-

KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - Pemerintah Kabupaten Bekasi pada 10 November 2022, memperingati hari Pahlawan Nasional dengan menorehkan sejarah baru.

Di bawah kepemimpinan PJ Bupati Bekasi Dani Ramdan Pemerintah setempat menggelar  upacara di Lapangan Pondok Pesantren Al-Baqiyatussholihat yang terdapat makam KH. Raden Ma’mun Nawawi, Desa Sindangmulya, Kecamatan Cibarusah.

Tentunya membuat banyak pihak masih bertanya siapa sosok KH. Raden Ma’mun Nawawi, yang begitu dihormati oleh warga Cibarusah hingga Pj Bupati Dani Ramdan berziarah dan tabur bunga di makamnya.

BACA JUGA:Distaru Kota Bekasi Loyo Tindak Pengembang Kluster Tak Berizin di Ciketing Udik

Mengambil dari berbagai sumber, sosok KH. Raden Ma’mun Nawawi, tercatat sebagai sosok pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Sosoknya memiliki kedekatan dengan KH Noer Ali yang telah ditetapkan Pahlawan Nasional asal Bekasi.

Pada masa perang kemerdekaan KH. R. Ma’mun Nawawi pernah mengadakan pelatihan militer santri Hizbullah di Cibarusah.

Para santri itu kemudian dikirim ke Bekasi untuk menghadapi tentara sekutu secara frontal di bawah komandan yang juga teman seperjuangannya yang dikenal sebagai macan dari Bekasi, yaitu KH. Noer Ali.

BACA JUGA:Anak Ketua Komisi 2 DPRD Kota Bekasi Jadi Korban Tabrak Lari, Polisi Diminta Segera Tangkap Pelaku

Pemimpin perjuangan yang berlatih di camp Cibarusah saat itu, dimulai Pelatihan Perang Pertama pada 28 Februari 1945, dipimpin beberapa tokoh seperti KH. Wahid Hasyim, yang mewakili ayahnya,KH. Hasyim ‘Asy’ari, KH. Zainul Arifin, bersama sekitar 500 pemimpin Laskar Hizbullah Sabilillah, juga diantaranya ulama Bekasi KH. Noer Alie dan KH. R. Ma’mun Nawawi, Cibogo Cibarusah, Bintal Laskar Hizbullah pengasuh Pesantren Al-Baqiyatus Sholihat Cibarusah.

Usai pelatihan perang tersebut, 500 kader kembali ke desa-desa dan memberikan latihan kepada para pemuda sehingga pada saat Jepang menyerah, anggota Hizbullah berjumlah 50.000 orang.

BACA JUGA:Harson Karmito, Veteran Kota Bekasi Gelorakan Semangat Pejuang di Hari Pahlawan

Dalam catatan sejarah di saat latihan perdana, pada 28 Februari 1945, yang dihadiri oleh Gunseikan, para perwira Nippon, Pimpinan Pusat Masyumi, Pangreh Praja dan lainnya, Guiseikan memberikan sambutannya berhubung dengan nasib Asia Timur Raya, maka semasa sekarang adalah masa yang amat penting seperti yang belum pernah dialami atau terjadi di dalam sejarah.

Dalam saat yang demikian itu, telah bangkit segenap umat Islam di Jawa serta berjanji akan berjuang “luhur bersama dan lebur bersama”. Buktinya ialah pembentukan barisan muda Islam yang bernama Hizbulloh.

Dengan demikian lahirlah tujuan untuk menghancurkan musuh yang zalim dan perjuangan dengan segenap jiwa raga, maka saya sangat gembira membuka latihan pusat barisan Hizbullah ini.

BACA JUGA:Borong Empat Medali, Kepingan Emas Pertama Kabupaten Bekasi Hasil Taklukan Kota Bekasi

Saat itu, di kamp militer Cibarusah, laskar tak murni berlatih soal perang. Di malam hari, mereka mengaji dengan ulama seperti KH. Mustafa Kamil dari Singaparna, Jawa Barat, dan belajar soal bahan peledak kepada KH. Abdul Halim.

Setelah latihan tiga bulan, opsir Hizbullah dipulangkan untuk melatih milisi di daerah asal yang beranggotakan para santri.

Kuntowijoyo, pakar sejarah, melihat laskar bentukan KH. Wahid Hasyim ini mengubah peta militer di Indonesia. Tak terbayangkan sebelumnya santri bisa jadi petinggi tentara republik.

“Hizbullah membuat santri yang tidak mengenal ilmu kemiliteran jadi bisa ikut aktif dalam revolusi fisik,” ujarnya dalam sebuah wawancara dengan majalah Tebuireng.

Setelah Partai Masyumi berdiri pada 7 November 1945, Hizbullah, juga laskar Sabilillah, masuk jadi sayap militer partai Islam saat itu.

Kedua laskar ini ikut bertempur melawan tentara sekutu, diantaranya pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Selepas agresi militer Belanda pertama pada 1947, Gerakan Pemuda Islam Indonesia yang diprakarsai M. Natsir dan KH. Wahid Hasyim bergabung dengan kedua laskar tersebut. Mereka membentuk Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia, yang menentang semua perundingan dengan Belanda.

Dalam pembukaan latihan tersebut, KH. Zainul Arifin, Ketua Markas Tertinggi Hizbulloh, dan KH. Wahid Hasyim, Ketua Muda Masyumi, mengingatkan akan pentingnya latihan kemiliteran bagi para pemuda untuk membela agama Islam dan cita-cita perjuangan bangsa.

KH. R. Ma'mun Nawawi lahir di Kampung Cibogo Bekasi pada hari Kamis bulan Jumadil Akhir 1334 H/1912 M.

KH. R. Ma’mun Nawawi wafat pada usia 63 tahun, atau pada malam Jum’at 26 Muharram 1395 H pukul 01.15 WIB yang bertepatan dengan tanggal 7 Februari 1975 M di Cibogo.

Beliau dimakamkan di pemakaman di sekitar Pesantren Al-Baqiyatus Sholihat.

PENDIDIKAN
KH. R. Ma’mun Nawawi memulai pendidikannya dengan belajar di pesantren yang diasuh oleh Tugabus Bakri bin Seda (Mama Sempur) di Plered Sempur Bandung. Di pesantren tersebut, beliau menempuh waktu 7 tahun. Setelah itu, beliau lanjutkan studinya ke Mekkah selama 2 tahun.

Selama di Mekkah beliau berguru pada lebih dari 13 muallif (pengarang kitab), diantaranya adalah al-Muhaddits as-Sayyid Alawi al-Maliki dan Mama KH. Mukhtar Athorid al-Bogori.

Sekembalinya dari Mekkah, saat itu usianya 24 tahun, beliau melanjutkan studinya atas saran sang ayah.

Sebagai orang yang berilmu dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap perkembangan Islam KH. Raden Anwar, sang ayah yang pernah menjadi murid KH. Hasyim Asy’ari, mengutus putranya itu untuk belajar agama lagi di pesantren.

Berbagai pesantren pun disambanginya untuk digali ilmunya. Mulai dari Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan Hadhratussyekh KH. Hasyim Asy’ari, pesantrennya Syaikh Ihsan Jampes Kediri dan lain sebagainya.

Setelah itu, beliau juga belajar lagi ke pesantren yang diasuh Syekh KH. Manshur bin Abdul Hamid al-Batawi, pengarang kitab Sullam an-Nayirain, di Jembatan Lima, Jakarta. Kitab Sullam an-Nayirain kitab ini mampu dipelajari dan dikuasainya selama 40 hari saja.

MENDIRIKAN PESANTREN

KH. Raden Ma’mun Nawawi pada usia 25 tahun diminta oleh mertuanya, Tubagus Bakri untuk mendirikan pesantren di Pandeglang, Banten.

Namun, sekitar dua tahun kemudian beliau diminta oleh ayahnya, KH. Raden Anwar, untuk kembali ke kampung halaman di Cibogo Cibarusah untuk mendirikan pesantren. Atas biaya sang ayah, maka berdirilah Pesantren Al-Baqiyatus Sholihat pada bulan Rajab tahun 1359 H/1938 M.

Seluruh santri di Pesantren Pandeglang pun ikut gabung ke Pesantren Al-Baqiyatus Sholihat ini.

Pada masa keemasannya, pesantren ini pernah menampung sekitar 1000 santri dalam satu angkatan. Bahkan, pesantren ini sempat terkenal sebagai Pesantren Ilmu Falak. Karena itu, ketika pemerintah Bekasi, Bogor, Jakarta dan sekitarnya membutuhkan masalah perhitungan falakiyah, selalu merujuk ke pesantren ini. Sekarang masalah falakiyah juga masih diajarkan di sini.

“Makna dari pahlawan itu bukan hanya mengangkat senjata dan gugur di medan perang, tetapi berjuang di era kekinian pun adalah harus mewarisi nilai-nilai kepahlawanan. Nilai kepahlawanan diantaranya, adalah Ikhlas, tekad yang kuat yang tidak mudah menyerah tidak gampang kalah, dan cinta tanah air” ucap Dani Ramdan Pj Bupati Bekasi pada 10 November 2022.

BACA JUGA:Pj Bupati Bekasi Dani Ramdan Klaim Bekasi Nihil Desa Tertinggal

Pj Bupati Bekasi Dani Ramdan mengatakan, untuk pertama kalinya Pemkab Bekasi melaksanakan upacara peringatan Hari Pahlawan Nasional di Komplek Pesantren Al-Baqiyatussholihat.

Langkah tersebut juga sebagai dukungan pemerintah daerah dalam mengangkat dan mengusulkan nama KH. Raden Ma’mun Nawawi sebagai pahlawan nasional.

“Iya ini masih dalam upaya kita mendukung KH. R. Ma’mun Nawawi sebagai pahlawan nasional. Langkah-langkah akademis teknis sudah kita lakukan sesuai dengan prosedur, namun tentu saja simbolisnya juga perlu dilakukan, itulah yang kita lakukan melalui penyelenggaraan upacara di komplek pesantren beliau (KH. R. Ma’mun Nawawi),” ujar Dani seusai memimpin upacara sekaligus ziarah ke makam Kh. R. Ma’mun Nawawi.

 Prosesi upacara berlangsung sangat khidmat dan haru, tatkala Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bekasi, BN, Kholik Qodratullah membacakan kalimat-kalimat perjuangan dari para pahlawan yang telah gugur terdahulu.   

BACA JUGA:Lana Nathania Fatima, Atlet Perbakin Kabupaten Bekasi Sudah Amankan Tiga Medali

Dalam rangkaian kegiatan prosesi upacara peringatan hari pahlawan tersebut, Dani Ramdan juga memberikan simbolis Bantuan Sosial Uang (BSU) yang direncanakan kepada kelompok masyarakat yang diberikan kepada Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) DPC. Kabupaten Bekasi. Sekaligus memberikan pesan-pesan menyentuh kepada para veteran dan masyarakat di Hari Pahlawan Nasional tersebut.

“Untuk para veteran yang juga turut memberikan sumbangsihnya tenaga dan pikiran untuk Kemerdekaan Republik Indonesia kami melalui peringatan hari pahlawan ini memberikan rasa hormat, apresiasi, dan ucapan terimakasih atas jasa-jasa beliau,” katanya.

“Adapun untuk para pahlawan yang telah gugur mendahului tentu doa yang kita panjatkan agar jasa-jasa dan amal ibadahnya dicatat sebagai amal kebaikan sehingga para pahlawan kita mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT,” tambah Dani.  (amn) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: