KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - Bagi banyak ibu baru, menghadapi bayi yang sakit sering kali menimbulkan perasaan panik dan cemas berlebihan. Terlebih lagi ketika anak mengalami demam, nafsu makannya berkurang, atau bahkan menolak menyusu. Pada tahun pertama, demam akan menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi.
Seiring waktu, saat anak kembali mengalami demam, Moms mungkin akan menjadi lebih terbiasa dan merasa tidak terlalu tegang. Namun, jika anak mengalami kejang demam, yang sering disebut juga dengan "step", penting bagi Moms untuk mempersiapkan diri dan sigap memberikan pertolongan pertama.
Kondisi kejang demam ini memang tampak mengkhawatirkan karena disebabkan oleh lonjakan aktivitas listrik otak yang mendadak. Kejang dapat menyebabkan anak jatuh, gemetar hebat, atau bahkan menjadi tidak responsif. Meskipun menakutkan, menurut American Academy of Pediatrics (AAP), kejang demam pada anak umumnya bukanlah keadaan darurat medis, karena sebagian besar akan berakhir dengan sendirinya dalam waktu lima menit.
Kejang demam biasanya dialami oleh anak-anak berusia antara 3 bulan hingga 3 tahun. Umumnya terjadi ketika anak mengalami demam yang sangat tinggi, biasanya di atas 39 hingga 40 derajat Celsius. Saat anak demam, suhu tubuhnya bisa naik dengan cepat, yang memicu kejang demam.
Terdapat dua jenis kejang demam pada anak, yaitu yang sederhana dan kompleks. Kejang sederhana berlangsung singkat namun bisa sering terjadi, sementara kejang kompleks berlangsung lebih lama. Lalu, bagaimana pertolongan pertama saat anak alami kejang demam? BACA JUGA:Jangan Terlewat Moms! Ini 17 Jadwal Imunisasi Anak Sesuai Rekomendasi IDAI
Penyebab Kejang Demam pada Anak
Kejang demam sering kali terjadi saat anak sakit, bahkan sebelum Moms menyadari bahwa anak sedang tidak sehat. Biasanya terjadi pada hari pertama anak mengalami sakit. Beberapa penyebab kejang demam pada anak meliputi:
- Risiko kejang dapat meningkat setelah beberapa imunisasi, terutama imunisasi MMR. Demam setelah imunisasi biasanya muncul 8 hingga 14 hari setelah vaksinasi. Bukan vaksinnya yang menyebabkan kejang, tetapi demam yang muncul setelahnya.
- Demam yang dipicu oleh infeksi virus atau bakteri juga dapat menyebabkan kejang. Roseola merupakan salah satu penyebab utama kejang demam.
- Faktor risiko lainnya seperti adanya riwayat keluarga dengan kejang demam dapat meningkatkan kemungkinan anak mengalami kondisi serupa.
- Anak dengan kondisi saraf seperti cerebral palsy, keterlambatan perkembangan, atau kejang yang hanya mempengaruhi satu sisi tubuh juga lebih berisiko.
- Demam dengan suhu 40 derajat Celsius atau lebih, atau mengalami lebih dari satu kejang dalam 24 jam juga meningkatkan risiko.
- Kejang yang terjadi tanpa adanya demam atau penyakit tertentu juga merupakan faktor yang perlu diwaspadai.
Anak-anak tanpa faktor risiko ini biasanya tidak akan mengalami kejang demam di masa mendatang.